Sabtu, 04 Mei 2013

Welcome To The Punch

Sutradara: Eran Creevy, 2013



Ketika hendak menonton  Welcome To The Punch, saya sudah berharap lebih pada film ini akan banyak adegan aksinya. Asumsi ini timbul lantaran tampilan poster diatas yang (lagi-lagi) membuat saya tertarik  sesegera mungkin untuk menontonnya.  Ada James McAvoy memegang senjata dan Mark Strong dengan wajah menunduk ke bawah. Saya menebak ini si lakon dan itu si musuhnya. Benarkah asumsi dan harapan saya ini?. Sebelum menjawab pertanyaan ini saya berikan gambaran bagaimana alur kisahnya.

"Buah tak jauh dari pohonnya", seperti itulah yang dialami oleh keluarga Sternwood. Pernah suatu kali Jacob Sternwood (Mark Strong) berhasil meloloskan diri dari kejaran aparat kepolisian dalam aksi perampokan di malam hari bersama ketiga orang temannya. Tetapi ini tidak berlaku pada putranya, Ruan Sternwood (Elyes Gabel) yang juga seorang perampok. Sebelum dirinya tertangkap, ia menelepon ayahnya ada satu tempat yang mana ayahnya harus datang kesana. Bisa ditebak, Jacob yang selama ini menyembunyikan diri di sebuah lokasi terpencil mau tak mau keluar dari persembunyiannya demi mengeluarkan Ruan dari tahanan aparat kepolisian meskipun Jacob tahu resikonya. Ia harus kembali berhadapan dengan Max Lewinsky (James McAvoy) seorang detektif yang belum berhasil menangkap dirinya 3 (tiga) tahun yang lalu.

Nuansa genre thriller suspense dari film ini sempat terasa di menit pertamanya tetapi setelah itu apa yang kita dapatkan?. Ada kesan tarik ulur untuk memperpanjang durasi yang saya pikir tidak seharusnya dilakukan oleh Evan Creevy selaku penulis cerita yang merangkap sebagai sutradara. Sang lakon yang harusnya di 'matikan' nyatanya dipertahankan oleh karena rasa iba dari sang musuh. Oke, untuk kali ini saya bisa memakluminya dengan harapan akan ada aksi seru baku hantam dan baku tembak di bagian penutupnya. Lagian dulu sewaktu saya masih kecil ada semacam cletukan yang mengatakan "bagaimanapun akhirnya si lakon selalu menang". Apakah benar seperti itu?. Alih- alih diselipkan kejutan kecil (=twist) di tengah cerita tetap saja tidak membuat saya pribadi ikut terkejut. Sementara alasan mengapa film ini berjudul Welcome To The Punch akan kalian temukan saat mendekati penghujung cerita.

Kota London yang dijadikan lokasi setting-nya kok terlihat seperti kota-kota lainnya. Apa karena pemakaian rona biru dan hitam yang mendominasi layar bioskop?. Ya, ini satu lagi penyebab saya kurang menyukai film ini. Karena amat sulit membedakan perbedaan waktu kapan pagi kapan siang atau kapan malam harinya. Diluar maksud sutradara yang ingin menggambarkan suasana kota London yang dipenuhi para kriminalitas disisi lain pihak aparat kepolisian kewalahan. Mata saya lelah melihat 2 warna ini terus menerus. Satu adegan aksi slow-motion di ruang tamu, hanya inilah yang membuat saya terpaku. Akhir kata, Welcome To The Punch tidak sampai meninjumu habis-habisan hingga menang telak (K.O). Tidak, film ini tidak sampai seperti itu. Seperti menonton pertandingan tinju persahabatan. Nikmati saja tanpa berharap lebih....               

0 komentar:

Posting Komentar