Rabu, 22 Mei 2013

Saving General Yang

 Sutradara: Ronny Yu, 2013


"Bukan kekuatanmu yang aku kuatirkan tetapi kerumitan yang kini engkau hadapi", demikian ucapan seorang istri kepada suaminya dalam suatu kerajaan. Berbicara soal Kerajaan selalu berkaitan dengan yang namanya perang. Pasukan perang yang berdiri sampai akhir adalah pemenangnya. Sudah banyak film- film Asia yang saya tonton seperti ini. Anehnya, tak jenuh- jenuhnya industri perfilman khususnya negara Asia (setidaknya) dalam satu tahun pasti ada satu film muncul dilayar lebar. Dari sekian ratusan judul film hanya Red Cliff (2008 dan 2009) - diperankan oleh Tony Leung dan Takeshi Kaneshiro- dipecah menjadi 2 bagian yang saya bilang film paling spektakuler sampai dengan sekarang ini. Sekarang mampukah Ronny Yu (Freddy vs Jason, 2003) membawa kisah film ini sekuat dan serumit seperti dialog diatas?.

Saving General Yang memulai kisahnya sangat klasik, hanya karena perebutan seorang gadis pujaan hati kemudian berkembang menjadi masalah cukup pelik. Yang Yanzhao (Wu Chun)- putra ke-6 dari Jendral Yang (Adam Cheng)- dan putra Pan Bao- putra dari pejabat istana- sama-sama mencintai Putri Chai (Ady An) dari Kerajaan Song. Untuk menentukan siapa yang akan memperistri putri Chai, mereka berdua mengadakan suatu pertandingan. Tanpa diduga terjadilah insiden menyedihkan, putra Pan Bao meninggal dunia. Otomatis, Pan Bao (Bryan Leung) sebagai seorang ayah pasti menaruh dendam pada keluarga Yang. Dalam waktu yang berdekatan, Kerajaan Khitan yang dipimpin oleh Yelu Yuan (Shao Bing) sedang dalam perjalanan menyerang Kerajaan Song. Maka diutuslah dua orang petinggi kerajaan, Jendral Yang dan Pan Bao, yang sedang tidak rukun ini bersama- sama turun ke medan perang mewakili Kerajaan Song.

Sesuai judulnya, penonton dibawa mengikuti misi penyelamatan Jendral Yang. Sebelum sampai kesana Ronny Yu memperkenalkan karakter tokohnya terlebih dahulu siapa saja keluarga Yang, siapa itu Pan Bao terutama siapa Yelu Yuan dan atas alasan apa ia dengan berani menyatakan perang melawan Kerajaan Song. Setelah dirasa cukup barulah Ronny Yu membawa kisah yang diangkat dari kisah nyata ini menuju garis depan peperangan. Lokasi perang Pantai Pasir Emas dimana 2 (dua) kerajaan ini bertemu pertama kalinya meski terlihat spesial efeknya namun tetap menghibur. Strategi perang melalui kamuflase semburan api dari atas rasanya belum pernah saya tonton di film yang lain. Lokasi kedua yang bertempat di Gunung Serigala nah ini yang baru keren mengingatkan saya dengan film trilogi Lord of The Rings. Bagi saya pribadi adegan laga yang paling membekas dari film ini ketika Yang Yanqing (Vic Zhou) melawan Yelu Yuan di padang ilalang. Satu lawan satu dalam aksi panah memanah. 

Hati seorang istri mana yang ikhlas mana kala suaminya maju ke medan perang dalam usianya yang sudah tidak produktif lagi. Dan, lagi- lagi demi keselamatan suaminya ia sampai menugaskan putranya yang tidak hanya satu melainkan ketujuh putranya untuk pergi dan selamatkan sang ayah. Begitulah sudut pandang dari seorang istri sekaligus seorang ibu diperankan oleh aktris asal Cina, Xu Fan, yang diambil oleh Ronny Yu untuk lebih memudahkan penggambaran film ini. Lewat alur maju mundurnya kisah ini lebih bagus seperti menonton serial televisi namun sedikit dipadatkan mengingat durasi dari sebuah film. Dari deretan pemain ketujuh putra Jendral Yang saya mencari- cari dimana aktor asal Taiwan, Vic Zhou (F4) ini berperan.Ya, dengan tambahan kumis tampil berbeda apalagi disini ia mempunyai keahlian bela diri memanah. Layaknya Legolas. Hebat. Untuk penampilan aktor Ekin Cheng sebagi putra pertama, Yang Yanping sudah tidak diragukan lagi. Akhir kata, mengutip salah satu dialog di film ini " perang adalah akar dari kesialan lalu buat apa menanyakan keberuntungan". Jadi meskipun kita sebenarnya tahu akhir cerita ini tetapi film ini berhasil membuka sekaligus menutup cerita misi penyelamatan Jendral Yang dalam satu potret.

0 komentar:

Posting Komentar