Rabu, 29 Agustus 2012

The Hunger Games


Director: Gary Ross, 2012


Bila kita masih ingat bagaimana hebohnya film Saga Twilight dan setuju bahwa film itu sangat memuaskan selera penonton sekaligus penggemar novelnya-terutama para kaum hawa, maka sekarang ada versi lain dari tontonan yang setaraf. Dibintangi oleh Jennifer Lawrence (  X-Men First Class ) dan Josh Hutcherson ( dwilogi Journey To The Center Of The Earth ), film The Hunger Games  yang juga diangkat dari sebuah novel- karangan Suzanne Collins berjudul sama-menjanjikan suatu suguhan segar yang bermutu, tapi ini masih kata mereka. Bagaimana penilaian penonton termasuk saya yang baru saja kemarin malam menonton film ini melalui DVD? 

Seperti layaknya film yang diangkat berdasar novel, maka yang satu inipun mengambil alur cerita yang sama dengan versi novelnya. Adalah suatu negara bernama Panem-yang dulunya merupakan Amerika Utara. Negara ini kemudian terbagi menjadi kota pusat bernama Capitol dan 13 distrik pendukung. Panem sempat mengalami revolusi yang menyebabkan pemerintah pusatnya menuntut persembahan dari tiap distrik-distrik tersebut. Persembahan itu yang disebut dengan istilah ‘tribute’, dimana tiap distrik harus mewakilkan satu pria dan satu wanita yang nantinya dikirim ke arena permainan maut bernama The Hunger Games. 

Kisah dimulai dengan terbangunnya Primrose Everdeen- adik dari Katniss Everdeen-  dari mimpi buruknya, tepat di hari pemilihan Hunger Games. Setelah adiknya sudah dirasa tenang, Katniss keluar dari rumah menuju hutan untuk membunuh seekor rusa yang nantinya dipersembahkan ke Penjaga Perdamaian, di hutan ini ia bertemu dengan Gale, sahabat Katniss di Distrik 12. Setelah curhatan mereka berdua mengenai Hunger Games yang sudah bertahun-tahun terjadi di distriknya. Saat-saat yang ditakutkan pun tiba, semua anak yang berumur sekitar 10-20 tahunan berkumpul dalam satu lapangan diambil setetes darah diatas sebuah kertas untuk kemudian diundi namanya. Mimpi buruk Primrose ternyata terjadi, dirinya terpilih untuk mewakili wanita dari distriknya. Namun, karena naluri sang kakak untuk melindungi keluarganya, Katniss mencalonkan diri sebagai sukarelawan  menggantikan adiknya sebagai tribute, dan dari tribute pria terpilih Peeta Mellark. Berangkatlah Katniss dan Peeta menuju Capitol dengan ditemani seorang guru pembimbing, Haymitch dan seorang asisten yang membantu Distrik 12 mendapatkan sponsor-bisa dikatakan semacam simpati,Cinna. Begitu kata sambutan dari Presiden Snow berakhir, segera dimulailah The Hunger Games ke-74. Peraturan utama yang diadakan selama 2 minggu ini adalah dari ke-24 tribute dari 12 Distrik, hanya ada satu tribute yang menjadi pemenang, dengan kata lain 23 tribute yang ada harus meninggal selama arena pertandingan. Bagaimana usaha Katniss yang hanyalah seorang pemanah –dengan bekal perlindungan diri satu-satunya sebuah pin mockingjay-ingin keluar hidup- hidup tanpa ada niatan untuk membunuh, sementara dipihak lawan begitu bengisnya membunuh tribute yang lain tanpa mengenal perasaan, itulah yang menjadi sentral dari film ini. 

Dari alur cerita yang sederhana dan setting lokasi sangat kontras- dimana untuk Distrik 12 digambarkan sangat tidak nyaman dengan mengambil  sudut warna pucat, dilain pihak Capitol digambarkan dengan colorful perpaduan warna-warna highlight terlihat dari baju,rambut penduduknya, sang sutradara Gary Ross mencoba menyuguhkan menu baru bagi para penonton. Sayangnya, entah mengapa, timbul kesan seolah saya menyaksikan ulang film yang sama persis judulnya The Condemned (2007) saat menikmati The Hunger Games ini. Tapi, hal ini tidak terlalu menganggu saya, mengingat The Hunger Games versi lebih ringan dari The Condemned  yang mana lebih berfokus kearah hubungan asmara segitiga sesama manusia ( Gale-Katniss-Peeta) selain tentunya menyaksikan beberapa adegan pertumpahan darah yang terjadi di arena Hunger Games. Dari jajaran artis pendukungnya, saya bisa melihat betapa sang sutradara sangat bertumpu pada kedua pemain utamanya, Lawrence dan Hutcherson. Tetapi, Lawrence-lah yang menurut saya berhasil membawa jiwa film ini mulai dari emosi kesedihan seorang gadis penduduk penambang  hingga emosi puncaknya menantang para pemilik permainan, Seneca Crane dengan tembakan jitu panahnya ke sebuah apel. Dan, tentunya The Hunger Games tidak berakhir begitu saja, karena hingga akhirnyapun penonton sekaligus penggemar novelnya akan dipuaskan ‘sementara'dengan akhir ceritanya saat meninggalkan kursi penonton. Ya, saya sebut dengan kata ‘sementara’ karena ada kabar baik film ini akan segera dibuat sekuelnya dengan judulnya Catching Fire..can’t hardly wait moviegoers?


Minggu, 26 Agustus 2012

The Cabin In The Woods


 Director: Drew Goddard, 2011


Inilah salah satu film horror thriller yang paling banyak dibicarakan para moviegoers belakangan ini di salah satu forum film terkenal di Indonesia, bahkan beberapa diantaranya menyebutkan film ini sangat layak untuk dinobatkan sebagai film paling ‘gila’ di genre-nya. Sutradara Drew Goddard untuk pertama kalinya bertindak selaku sutradara, karena sebelumnya lebih terkenal sebagai penulis  sekaligus produser TV Series Alias dan Lost. Kali ini dalam The Cabin In The Woods, Goddard bekerjasama dengan Joss Whedon menulis kisah film ini yang memiliki benang merah tentang serangkaian terror yang dialami sekelompok remaja saat berada di kabin untuk bersenang-senang.

Goddard memulai kisahnya dari dua lelaki paruh baya yang bekerja sebagai teknisi disuatu fasilitas, Hadley dan Sitterson sedang berbincang-bincang mengenai pernikahan, kesuburan sementara ditengah pembicaraan mereka  seorang wanita sedang memberitahu sedang terjadi insinden disuatu tempat tetapi tak terlalu dianggap oleh kedua pria ini.  Ditempat lain yang jauh dari lokasi kedua pria tadi, sekelompok remaja yang terdiri 3 cowok- Curt, Holden,Marty dan 2 cewek- Jules dan Dana sedang mempersiapkan diri untuk berlibur disuatu kabin dekat danau milik sepupu Curt. Dalam setengah perjalalan, mereka berhenti untuk mencari dan mengisi bahan bakar, ternyata yang mereka temui adalah sesosok pria bernama Mordecai- yang berpenampilan jelek dan sempat berselisih paham dengan mereka.  Tibalah mereka di kabin yang menjadi tempat tujuan. Salah satu dari mereka berkata kalau kabin ini ‘mengagumkan dan keempat teman mereka pun berkata yang sama pula. Setelah menempati kamar mereka masing-masing-dimana ada satu kamar yang memiliki sedikit keanehan yakni di balik lukisan ternyata terdapat sebuah cermin searah layaknya dipergunakan untuk keperluan integorasi, acara kesenangan pun berlanjut dengan berenang di danau dekat kabin tersebut. … and Let’s party started.

Acara pesta ini kemudian berhenti seketika mendengar dobrakan pintu dalam ruang bawah tanah, sontak mereka berlima turun menyelidiki apa yang menyebabkan pintu tersebut terbuka. Selidik punya selidik, Dana menemukan sebuah buku harian milik keluarga Buckner dimana di buku tersebut beberapa tulisan Latin. Untuk kali ini teman mereka, Marty berkata kalau tempat ini ‘tidak mengagumkan’ seperti yang dikatakan pertama kalo saat memasuki kabin. Singkat cerita, ketika Curt dan Jules keluar dari kabin dengan alasan untuk menikmati saat-saat berdua, tiba-tiba seorang pembunuh menyerang dan membunuh Jules dihadapan Curt. Dan, terror si pembunuh mengikuti mengejar mereka berempat. Dalam suatu kesempatan, mereka berhasil keluar dari kabin ini dan secepatnya keluar dari wilayah tersebut. Sayang, jembatan penghubung yang mereka jalani roboh dan tidak ada jalan keluar selain kembali lagi ke tempat semula. Oke sampai disini ulasan cerita yang bisa saya tulis karena sulit untuk membeberkan lebih jauh akan keistimewaan film berdurasi 95 menit ini tanpa terlebih dahulu menontonnya.

Separuh cerita dari film ini berjalan sangat baik,saya menikmati adegan demi adegan yang dilakoni kelima remaja tadi dari bersenang-senang hingga berdarah-darah dalam usaha menyelamatkan diri. Namun, ketika sutradara menutup ceritanya dengan mempertunjukkan apa yang sebenarnya dialami oleh kelima remaja tadi. Inilah yang bisa menimbulkan pro-kontra dari masing- masing penontonnya.  Bagi saya pribadi, saya berada di sisi Pro karena sutradara berhasil memberi warna baru pada genre horror sekaligus bisa dikatakan suatu penghormatan pada film- film horror klasik. Sementara, yang berada disisi kontra karena pasti merasa jengkel akan endingnya ini.  Diluar semuanya, setidaknya kita bisa menyaksikan akting Chris Hemsworth dengan rambut cepaknya-karena selama ini kita mengenalnya dengan rambut panjang di filmnya,Thor dan The Avengers barusan ini, serta melihat karya Joss Whedon di belakang layar yang sebelumnya sukses mengumpulkan para jagoan Marvel dalam The Avengers.


Rabu, 22 Agustus 2012

Dr. Seuss' The Lorax


Director: Chris Renaud and Kyle Balda, 2012


Tercatat sudah sebanyak 4 (empat) kali buku populer anak karangan Dr. Seuss diangkat ke layar lebar. Pertama: Dr. Seuss How The Grinch Stole The Christmas, kedua: Dr. Seuss The Cat In The Hat, ketiga: Dr. Seuss Hears A Who, dan keempat: Dr Seuss The Lorax ini. 2 film pertama tadi dibuat versi manusia yang masing- masing diperankan oleh Jim Carrey dan Mike Myers. Namun, The Lorax adalah film animasi pertama yang dibuat versi 3D-nya dan disutradarai oleh Chris Renaud, dimana sebelum film ini ia menyutradarai film animasi juga yang berjudul Despicable Me (2010).

Thneedville, sebuah kota yang terbuat dari plastik dan kepalsuan, anehnya penduduknya menyukai keadaan seperti itu. Ya, sebuah kota tanpa alam yang alami, karena tidak ada satupun pohon yang hidup. Lalu, apa yang terjadi pada kota ini sebenarnya? Let see…begitulah kata pembukanya. Adalah Ted, seorang bocah laki-laki berumur 12 tahunan ini yang tinggal di kota Thneedville sedang menarik perhatian salah satu teman tetangganya, Audrey. Suatu kali Audrey mengajak Ted masuk ke rumahnya untuk sekedar menunjukkan sebuah ‘lukisan hidup’ dimana pohon sebagai obyek yang dilukisnya, kemudian sempat berujar ‘kalau ada seorang pria yang bisa memberikan pohon asli kepadanya ,aku akan menikahi pria tersebut’.  Bisa ditebak, namanya juga seorang lelaki kalau sudah dihadapkan untuk memberikan sesuatu terindah kepada pasangan yang dicintainya, apapun hal yang sekiranya mustahil pasti akan diusahakan ada dan terwujud. Ted yang tinggal serumah dengan ibunya, Ny Wigginis, dan neneknya,Grammy,  bertanya dimana ia bisa mencari pohon asli yang benar- benar tumbuh dari dalam tanah? si nenek,Grammy, bergumam carilah seseorang yang bernama Once-ler, tetapi disanggah anaknya kalau itu hanyalah dongeng belaka. Tapi tidak bagi cucunya, Ted percaya akan omongan neneknya itu kalau Once-ler adalah orang yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan pohon. Orang tersebut tinggal di jauh di luar kota dimana rumput tidak pernah tumbuh dan angin terasa lambat serta tidak ada burung yang bernyanyi kecuali burung gagak. Pesan sang nenek jika hendak kesana bawalah uang satu sen, kuku dan cangkang buyut bekicot. Berbekal tekad bulat demi pujaan hati, ia menempuh perjalanan ke tempat tinggal Once-ler dengan sepedanya beroda satu, helm dan kacamata.

Begitu sampai tempat tinggal Once-ler, kedatangan perdananya tidak disambut baik.  Namun, karena keinginan Ted untuk mencari pohon asli menggugah hati Once-ler, karena selama ini tidak ada satupun penduduk yang peduli dengan pohon hidup. Film ini pun bercerita kembali ke masa lalu Once-ler dimasa mudanya. Thneed, penemuan luar biasa yang dibuat oleh Once-ler yang mana mampu melakukan ribuan pekerjaan. Dari satu pohon Truff Ula dapat menghasilkan berbagai macam produk pakaian yang bisa dipakai. Misi untuk mengubah dunia bisa dikatakan berhasil meski sempat ditentang oleh Lorax-si penjaga hutan dengan alasan biarkan pohon- pohon Truff Ula tumbuh subur sehingga semua binatang yang hidup di hutan tersebut hidup nyaman, tetapi tak digubrisnya. Akhirnya, Ted  mengetahui asal mula mengapa tidak ada satupun pohon hidup. Kembali ke kota Thneedville sembari membawa satu benih pohon Truff Ula pemberian Once-ler,Ted harus melawan kekuasaan yang selama ini dipegang oleh Tuan O’Hare, seorang pengusaha sekaligus walikota rakus yang menyediakan 'O'Hare Air' bagi para warganya walau tak cuma cuma. Apakah Ted berhasil membawa kota Thneedville kembali menikmati kehidupan yang alami selain mendapatkan hati pujaannya,Audrey?

Dibuatnya tontotan animasi seperti The Lorax memperlihatkan kecenderungan pemilik studio semakin memperluas tema dan kisah film animasi sehingga dapat ditonton baik di usia muda dan tua sekalipun. Anak-anak sangat menikmati alur ceritanya dengan alunan lagu yang dibawakan karakter yang bermain di film ini, bahkan ikan-ikanpun turut bernyanyi pula. Namun, yang paling mengagumkan adalah dari segi ceritanya yang mengambil benang merah tentang global warming atau pelestarian lingkungan beserta ekosistemnya. Sayangnya, ada satu kekurangan di film ini yakni ada beberapa adegan lucu yang menurut saya kurang cocok untuk ditonton anak kecil.


Senin, 20 Agustus 2012

Lockout


Director: James Mather and Stephen St. Leger, 2012


Luc Besson, seorang produser yang dulunya pernah menyutradarai film- film super aksi seperti La Femme Nikita dan Leon The Professional . Kini bekerjasama menulis skenario film -yang diangkat berdasar ide originalnya- bersama James Mather dan Stephen St. Leger, dimana duo ini juga bertindak sebagai sutradaranya. Sekarang, sebagai sutradara yang dipercaya oleh Besson memilih aktor Guy Pearce sebagai lakon utamanya. Mungkin, yang menjadi pertanyaan jika film ini begitu orisinil artinya keseluruhan kisahnya nanti haruslah fresh dalam artian belum pernah ada yang menceritakan sebelumnya dan tentunya tidak klise. Betulkah demikian?

Apakah yang akan dilakukan oleh seorang yang menjadi tersangka pelaku pembunuhan di suatu TKP ( Tempat Kejadian Perkara) sementara dirinya merasa ada seseorang yang sedang menjebaknya. Jelas, tentu saja yang dilakukannya melindungi diri. Pada prolog film digambarkan aksi kejar- kejaran antara Snow-yang menjadi si tersangka dengan pihak aparat Negara. Sayang, Snow akhirnya tertangkap juga. Hasil interogasi yang dikepalai oleh Direktur Agen Rahasia Scott Langral, menyatakan dirinya harus mendekam didalam penjara MS One selama 30 tahun lamanya atas pembunuhan  tingkat satu serta tuduhan terlibat  penjualan rahasia Negara. Apa itu MS One ? Ditahun 2079, penjara sudah tidak seperti sekarang ini, MS One adalah satu- satunya fasilitas penjara luar angkasa dengan keamanan terbaik dimana tidak ada kontak fisik dan seksual, tidak ada keributan, yang pasti tidak ada satupun tahanan penjara yang berhasil kabur. Keadaan yang diberlalukan pada semua tahanan tadi dinamakan dengan istilah ‘Statis’, tetapi memiliki efek samping yakni terjadi masalah pada otak,dementia bahkan kegilaan pada tubuh si tahanan. 

Cerita baru dimulai ketika Emily Warnock, seorang putri Presiden Amerika sedang meneliti penjara MS One. Setiba disana, ia mewawancarai salah satu tahanan ‘gila’yang bernama Hydell. Belum selesai proses wawancara, Hydell mengambil salah satu senjata dari pihak aparat- yang mendampingi Emily dan menembak semua aparat didalam ruangan tersebut. Terjadilah kekacauan didalam penjara, karena kini semua ruang tahanan penjara dibuka dan dibebaskan oleh Hydell serta mengambil alih sistem penjara MS One. Cerita selanjutnya mudah ditebak karena nyawa putri Presiden ini dalam keadaan bahaya sementara Snow ingin bertemu dengan Mace-salah satu teman baiknya yang juga berada dipenjara MS One, disamping untuk meringankan masa tahanannya. Snow pun menerima tawaran dari Presiden dengan tugas utamanya masuk ke MS One, menjemput Emily dan membawanya kembali ke Bumi melalui salah satu kapsul penyelamat yang ada didalam penjara.

Hakekatnya Snow bukanlah heroik sejati, ia hanya ditugaskan untuk menyelamatkan nyawa putri seorang Presiden diantara para tahanan ‘gila’. Sedikit mengingatkan saya akan tokoh Frank yang dibawakan oleh aktor gundul Jason Statham dalam filmnya Transporter. Sedangkan karakter yang diperani Pearce memang bukan mengandalkan wajah tampan, namun macho berwibawa sedikit cerewet. Seingat saya film terakhir yang ia perankan adalah difilm Prometheus (2012) sebagai  Peter Weyland-mungkin di film ini kita tidak mengenal wajahnya dengan baik karena disana ia berperan sebagai orang tua renta. Di Lockout Pearce didampingi aktris Maggie Grace,  masih ingat dipikiran saya Grace berperan sebagai anak manja Liam Neeson di film Taken tetapi di film ini ia tidak lagi menyusahkan namun mampu menjaga dirinya sendiri. Dan, kesimpulan saya akan film ini ternyata tidak memberikan sesuatu yang fresh , mungkin satu-satunya yang fresh mengenai keberadaan penjara yang beredar di luar angkasa. Bahkan, adegan diawal cerita saat Snow dikejar mengingatkan saya dengan film Total Recall yang baru saja saya tonton, adegan aksi super cepatnya malah kelihatan/terkesan  animasi banget alias tidak diambil senyata mungkin-yang pernah dilakukan oleh perfilman Hollywood belakangan ini. Selebihnya, yang menyelamatkan film ini adalah menutup kisahnya dengan memberikan jawaban dari pertanyaan diawal kisahnya dengan sedikit kejutan.

 

Expendables 2

Director: Simon West, 2012


Bersiaplah masyarakat pecinta film karena telah dirilis satu film yang akan menjadi penutup summer movie tahun 2012, setelah dibuka oleh film The Avengers di bulan Mei yang lalu. Sutradara Simon West dan penulis cerita, Richard Wenk kembali melanjutkan kisah para bintang laga dari 3 (tiga) dekade ini yang menjanjikan non-stop action from beginning till the end.  Ya, film ini nyaris dibintangi oleh pemeran pria seluruhnya ( guy flick ) dan memang bukan dinikmati dengan nyaman. Sebelum saya mengulas cerita sekuel The Expendables 2 lebih lanjut, sedikit saya memberikan gambaran bagaimana plot cerita The Expendables (2010). Premis ceritanya cukup sederhana yaitu mengenai serdadu- serdadu bayaran yang menemukan hati nurani mereka saat menjalankan misi menggulingkan kediktatoran Jendral Garza dinegara fiktif-Pulau Vilena di Amerika Selatan yang disokong oleh mantan anggota operasi C.I.A.

The Expendables 2  dibuka dengan seorang tentara dari Negara Nepal mendatangi seorang pria dalam keadaan mata dan kepala tertutup. Karena, si pria ini tak memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan si tentara, dipukullah salah satu anggota tubuh si pria ini. Setelah itu penonton langsung disuguhi penampilan perdana “The A-vengers Team” dalam memborbadir lingkungan sarang si penjahat tadi dengan desingan peluru dan bom-bompun ‘dimuntahkan’. Yang ternyata, misi mereka disini menyelamatkan si pemimpin tim serdadu mereka ,Trench-si pria tadi. Berhubung Barney Ross masih memiliki hutang kepada Church sebesar 5 juta US dollar. Sebagai ganti pelunasan hutang, Church menugaskan Barney dkk untuk menemukan sebuah pesawat Cina yang telah jatuh, dimana pesawat ini membawa sebuah brankas yang berisi kotak misterius. Jadi tugas utama Barney adalah menemukan lalu membawa kembali kotak misterius ini untuk diserahkan ke tangan Church. Dikarenakan, untuk membuka brankas harus memasukkan kode rahasia yang berubah 120 detik, maka Church menugaskan seorang wanita utusannya, Maggie Chang untuk turut serta mendampingi pencarian tim Barney.

Memang tugas Barney dkk berbuah keberhasilan, Maggie sudah mengambil isi didalam brankas tadi. Namun, sial perjalanan pulang mereka rupanya langsung disambut oleh kedatangan ‘kelompok Sang’ yang dikepalai oleh Vilain. Kali ini, tim Expendables mendapat 2 pukulan telak. Pertama, Vilain mengambil alih kotak misterius dari tangan Maggie Chang. Kedua, Barney tidak berhasil melindungi keselamatan anggota timnya yang meninggal dunia dalam tugasnya. Dan, untuk kedua kalinya penonton disuguhi pembalasan dendam tim Expendables . Oiya apa sebenarnya kotak misterius ini? Dalam satu adegan diceritakan bahwa kotak misterius ini adalah cetak biru dari sebuah lokasi tambang yang menyimpan 5 juta ton plutonium. Cetak biru ini harusnya berada ditangan orang benar, karena jika berada ditangan orang yang salah akan membawa dampak kehancuran dunia.

Film Simon West yang ini memang berjalan cepat dan menarik, bahkan mampu membuat penonton tetap dibangkunya dengan mata terus tertuju pada layar. Simon West juga mampu menggambarkan aksi balas dendam tim Expendables secara intens, yang juga tak lupa diselingi beberapa adegan humor. Sayangnya, Simon kurang mampu menghadirkan adegan perkelahian hand to hand antara Barney vs Vilain lebih garang. Sosok seorang penjahat bengis macam Vilain kenapa dengan begitu mudahnya dikalahkan oleh Barney tanpa perlawanan’ menggigit’. Dari deretan pemain,diluar kekurangan dalamnya per karakter, rata-rata saya menilai penampilan mereka cukup efektif karena setiap aktor tahu betul akan karakternya masing- masing. Tetapi, (lagi-lagi) sangat disayangkan penampilan Jet Lee sebagai Yin Yang hanya kebagian beberapa adegan diawal cerita saja. Padahal sebelumnya saya berharap Jet Lee kebagian peran besar seperti di film sebelumnya ini. Ya, memang sebagai ganti kehadiran Jet Lee ini Simon West menampilkan 2 wajah baru yakni si Liam Hemsworth dengan perannya sebagai Billy The Kid serta Nan Yu dengan perannya sebagai Maggie Chang. Diluar kekurangan penilaian saya akan film ini, The Expendables 2  adalah film yang hukumnya wajib ditonton terutama bagi penyuka adegan full action.


Sabtu, 18 Agustus 2012

Arisan 2


Director: Nia Dinata, 2011


Perfilman Indonesia pernah menghadirkan satu film yang dengan berani dan jujur mengupas permasalahan yang sebagian besar oleh masyarakat dianggap tabu. Arisan itu judul film yang saya maksudkan, dimana benang merahnya berkisah mengenai 3 cewek dan 2 cowok yang paling beruntung dan bahagia di usia 30 tahun-an, walau sebenarnya tidak semanis luarnya karena tiap-tiap karakter tokoh disana memiliki problem/konflik dalam diri mereka. Salah satu adegan yang dianggap tabu yakni menampilkan adegan ciuman sesama jenis antara Tora Sudiro dengan Surya Saputra. Tetapi,diluar dugaan (baik itu sutradara, kritikus dan sineas perfilman lainnya) film ini mendapat apresiasi yang bagus sehingga bisa dikatakan film ini sukses. Menyambung  kesuksesan film pertamanya yang disutradarai sekaligus diproduseri oleh Nia Dinata di tahun 2003 yang lalu, kini ditahun 2011 telah hadir sekuelnya yang mengambil judul Arisan 2.

Nia Dinata memulai kisahnya 8 tahun setelah Arisan pertama, tentunya banyak terjadi perubahan pada kelima tokohnya. Sakti dan Nino telah memutuskan hubungan cintanya, Andien  berhasil survive meskipun Bob suaminya telah lebih dulu menghadap Sang Pencipta, Lita dengan berani melahirkan anak tanpa suami. Lalu bagaimana dengan status Meimei sekarang? Ia kembali
menjadi single dan lagi belajar menikmati waktu.Ya,waktu yang diberikan gratis oleh Sang Pencipta tapi justru manusia sering lupa menghargainya-seperti itulah yang dikatakan Meimei diawal cerita.

Mereka bertiga Andien,Lita,dan Nino masih akrab satu sama lain. Pernah suatu kali Andien dan Lita menghadiri salah satu festival film yang dibuat oleh Nino, yang juga didukung oleh pasangan gay barunya, Octa. Meskipun Sakti kini bersama Gary, berita mengenai kehadiran Octa disamping kehidupan Nino secara spontan menimbulkan api cemburu pada dirinya. Lain halnya dengan Meimei yang lebih santai menikmati kehidupannya dengan berlibur diluar Jakarta bersama seorang pria bernama Tom dan seorang anak laki bernama Talu. Karena desakan kawan-kawannya untuk segera kembali ke Jakarta, terutama Sakti yang ingin segera bertemu dengan dirinya dan Talu, akhirnya Meimei menuruti keinginan kawannya ini. Setiba di Jakarta, ke-empat kawannya merasakan ada satu perubahan besar dalam diri Meimei. Bukannya ikut kumpul- kumpul bersama ke-4 temannya dalam suatu acara pesta penggalangan dana, Meimei malah menghadiri acara Waisak di Candi Borobudur bersama Tom. Apa yang sebenarnya terjadi pada diri Meimei dan apa hubungan Tom dengan Meimei, ini yang coba diselidiki oleh teman-temannya. Ternyata, hasil penyelidikan mereka membawa satu test/ujian akan apa arti sebuah teman sejati.

Di film Arisan 2 memang ada satu adegan yang menampilkan kegiatan kumpul- kumpul sesama wanita- terutama yang sudah menikah sembari diselingi gosip serta tentunya sebagai ajang pamer tingkat kemapanan/kekayaan masing-masing individu. Namun kali ini Nia Dinata juga mengangkat isu- isu sosial saat ini, seperti penggorengan minyak yang dicampur dengan plastik, pemakaian tato pada anak-anak yang masih dibawah bimbingan orang tua sampai kepada perkembangan situs jejaring pertemanan via internet yang lagi gencar- gencarnya di Indonesia. Sementara penilaian saya mengenai para pemain di film ini, yang menonjol adalah akting Rio Dewanto sebagai Octa, yang mana secara totalitas menjiwai perannya sebagai seorang gay-heran juga karena di film Modus Anomali sangat macho dan beringas gitu tapi disini bisa lemah gemulai ha..ha..ha..


Rabu, 15 Agustus 2012

Tyrannosaur

Director: Paddy Considine, 2011


Ditulis dan disutradarai Paddy Considine untuk Optimum Releasing , Tyrannosaur adalah sebuah drama yang menyentuh dan mewakili kehidupan sehari-hari karena langsung mengambil  satu dari sekian banyak problem manusia jaman sekarang ini yakni tentang kurangnya interaksi sosial. Sebelum saya membahas cerita dari film ini, saya mencoba mengenalkan siapa itu Paddy Considine? Sebelum menjadi seorang sutradara, Considine memulai awal karirnya sebagai seorang aktor. Dari sekian banyak film yang pernah ia perankan, hanya satu yang pernah saya tonton, The Bourne Ultimatum sebagai Simon Ross. Oiya diawal tulisan saya menulis bahwa Tyrannosaur adalah sebuah film bertema drama, lalu apa maksud dari Considine membuat judul filmnya yang identik dengan salah satu makhluk purba- yang pernah dibuat filmnya oleh Steven Spielberg.  

Adalah seorang duda pengangguran yang ditinggal istrinya meninggal dunia 5(lima) tahun yang lalu. Semenjak itulah kehidupannya menjadi tak lebih baik. Prolog pada kisah ini, sudah memperlihatkan berulang kali kata-kata kasar keluar dari mulutnya dan diperparah lagi karena kalah judi ia melampiaskan amarahnya terhadap hewan kesayangannya- yang membuat saya tak tahan melihatnya. Lingkungan disekitarnya pun tak suka akan kehadirannya, dimanapun dia berada selalu membuat masalah. Pernah suatu kali, ia mendapat ganjaran dari perbuatannya. Sepulang dari rumah, tiba- tiba dari belakang dipukuli 3 orang pemuda, karena sebelumnya ia sempat memukul salah satu dari ketiga pemuda tersebut. Keras kepala, pemarah, peminum,bahkan ia mengakui dirinya adalah seorang bajingan. Ya, sampai disini penonton sudah mengenal dengan mudah bagaimana sifat dari tokoh utama film ini, seorang pria paruh baya bernama Joseph.

Ada ungkapan yang mengatakan kurang lebih seperti ini” dalam perjalanan kehidupan manusia pasti berubah”. Joseph pun perlahan- lahan mulai melunak dan mulai belajar berdamai dengan dirinya sendiri. Ini dimulai ketika tak sengaja mempertemukan dirinya dengan seorang wanita pemilik toko amal,Hannah. Kala itu,ia melihat Joseph sedang bersembunyi didalam tokonya  dalam kondisi ketakutan. Bantuan doalah yang bisa diberikan olehnya, dan terbukti beberapa saat kemudian Joseph menangis, menyesal atas perbuatannya selama ini. Berbicara soal Hannah, memang dari luar tampak sekali bahwa ia seorang wanita religius. Namun, ada kesedihan dan ketakutan luar biasa yang ia alami tapi ia berusaha untuk menutupinya. James, suami dari Hannah pernah melihat dan mendapati istrinya bersama Joseph, Hannah sempat menjawab bahwa Joseph tidak memiliki hubungan serius dengannya. Tetapi, sepulang kerja  James memukuli istrinya. Melihat kondisi Hannah begitu parah, Joseph menawarkan bantuan untuk membalas perbuatan James ke istrinya. Ternyata,  yang didapat Joseph adalah sebuah kejutan.

Walau kisah ini diperankan oleh tiga karakter, tetapi sudah berhasil membawa film ini menyentuh perasaan penontonnya. Semua ini berkat tangan Considineyang  pintar dalam memilih alur cerita yang mendasar pada kehidupan dan k`rakter manusia sehari- hari. Selain tentunya  akting para aktor dan aktrisnya, Peter Mullan berperan sebagai Joseph, Olivia Colman sebagai Hannah, dan Eddie Marsan sebagai James , ketiga pemain utama ini tampil begitu maksimal membawakan karakternya masing- masing. Kesuksesan film ini sempat meraih pelbagai macam penghargaan, dimana salah satunya di tahun 2012 ini Paddy Considine meraih sutradara terbaik di BAFTA Film Award. Oiya sebagai informasi  pemilihan judul Tyrannosaur ini oleh Considine di-metafora-kan dari sosok makhluk purba menjadi sosok seorang’monster’ didalam diri pribadi manusia- ya dapat dibuktikan pada poster yang saya tampilkan diatas.


Senin, 13 Agustus 2012

407 Dark Flight


 Director: Isara Nadee, 2012


Apa yang menjadi ciri khas film bertemakan horror thriller? Salah satu poin paling menonjol ialah mampu membuat reaksi penonton ketakutan akibat munculnya penampakan tak terduga roh halus.  Lihat saja film- film seperti The Grudge dimana terdapat adegan seorang wanita sedang keramas tiba-tiba muncul jari tangan di kepala si wanita tersebut. Atau, lihat juga adegan saat hantu wanita berambut panjang keluar dari TV dalam The Ring. Bahkan adegan yang paling saya ingat dalam film Shutter – salah satu horror dari negara Thailand yang paling saya sukai-  dimana seorang pria yang sering mengeluh disekitar pundaknya yang ternyata si pria tersebut sedang menggendong hantu wanita yang dulu pernah mencintainya. Lalu, apa yang akan coba ditawarkan 407 Dark Flight  sebuah horror thriller Thailand- ketika film sebelumnya sudah menyajikan tingkat horror paling ekstrim.

Kisah film yang disutradarai Isara Nadee ini nyaris serupa dengan film Thailand yang sudah ada, dimana manusia yang mati penasaran akan gentayangan, hanya kali ini yang menjadi setting lokasi bukan rumah berhantu. Telah terjadi suatu kecelakaan pesawat terbang dimana secara tiba- tiba kehilangan arah. Penyelidikan yang sudah dilakukan tidak membuahkan hasil, karena kecelakaan ini tergolong aneh, jadi kasus ini pun ditutup. Kisah berlanjut ke beberapa tahun  kemudian,  tampak beberapa penumpang yang sedang menunggu jadwal keberangkatan pesawat SA 407 diantaranya sepasang keluarga(ayah, ibu, dan seorang gadis kecil), seorang gadis turis dari Hongkong, seorang pria backpacker, seorang nenek , dan seorang rahib muda. Disisi lain, seorang pramugari bernama New- yang memutuskan untuk terbang lagi meski masih ada rasa trauma dalam dirinya dimasa lampau. Dan, kru penumpang pesawat terbang ini bertambah satu yakni seorang laki yang terkunci di dalam bagasi saat keberangkatan pesawat – ia bertugas memeriksa keadaan fisik pesawat sebelum keberangkatan.

Sampai disini belum  terjadi keanehan, namun saat pesawat tinggal landas dimulailah pelbagai kejadian supernatural-diluar nalar manusia,sehingga membuat para penumpang panik. Dimulai dari kontrol tekanan udara yang tiba-tiba tidak berfungsi normal sehingga membuat para penumpang sesak nafas karena kekurangan oksigen, kemudian ada penumpang yang dirasuki roh halus hingga serentetan penampakan. Ya, terror arwah penasaran semakin menjadi yang kemudian membawa kematian satu per satu para penumpang. Apakah pesawat SA 407 ini dikutuk? Lalu apa yang menjadi penyebabnya? Pertanyaan ini akan segera terjawab di tengah cerita dimana berkaitan dengan salah satu para penumpang.

407 Dark Flight memang mengandung horror yang saya bisa katakan cukup menyeramkan. Sayangnya, hampir semua adegan seram itu dibesut kurang maksimal, karena terciptanya ketakutan yang ada bukan karena sosok hantu yang mengandalkan wajah buruk tetapi reaksi paranoid yang terkesan berlebihan dari para penumpang. Kendati demikian, 407 Dark Flight juga menyelipkan beberapa adegan humornya, semisal karakter pramuniaga yang banci, adegan memeragakan saat keadaan darurat diiiringi musik disko.  Jadi jika teman- teman ingin menonton horror Thailand- yang menurut hemat saya tidak begitu menakutkan, boleh jadi film ini menjadi salah satu pilihan untuk ditonton.  

      

Sabtu, 11 Agustus 2012

American Reunion


Director: John Hurwitz, Hayden Schlossberg, 2012


Pada tahun 1999 ada satu film drama- komedi remaja bercerita tentang sekelompok anak muda di suatu SMU terdiri dari 5 (lima) orang remaja pria: Jim, Kevin, Oz, Finch, dan Stifler dimana berikrar akan melepas keperjakaan mereka tepat pada malam pesta perpisahan (aka Prom Night) dengan judul American Pie. Sekuelnya, American Pie 2 (2001) menceritakan liburan mereka di musim panas di sebuah lokasi tepi danau setelah mereka duduk di bangku kuliah dan bertemu kembali dengan pacarnya masing- masing semasa SMU. Di film yang ketiga-yang tak lagi ada embel-embel kata Pie dibelakangnya- American Wedding (2003) berfokus pada Jim yang telah memantapkan hatinya untuk segera menikahi kekasihnya,Michelle sejak masih duduk dibangku SMU. Tahun ini 2012, Universal Pictures kembali menyajikan sebuah lanjutan dari kisah kelima pria yang penuh dengan kekonyolan lewat sebuah media film pemancing tawa, American Reunion.

Kelima tokoh utama dalam American Reunion ini hakekatnya bukan lagi pria yang masih muda. Jim dan Michelle kini sudah memiliki momongan seorang anak laki-laki bernama Evan. Kevin pun juga sudah memiliki istri, Ellie. Si pemain football,Oz sudah bekerja sebagai pembawa acara olahraga yang juga sudah memiliki istri, Mia. Hanya Finch dan Stifler yang masih lajang. Karena, mereka sudah lama tak bertemu muncullah ide Kevin untuk mengadakan acara reuni SMU dengan syarat tanpa kehadiran Stifler. Jadi yang datang hanyalah Jim,Oz, Finch dan tentunya Kevin. Akhirnya mereka berempat janjian untuk bertemu dulu di sebuah bar. Tak disangka, si biang masalah Stifler mengetahui keberadaan teman mereka. Dan, sudah bisa ditebak rencana reuni yang harusnya berlangsung biasa- biasa saja menjadi ‘luar biasa’.

Ya seperti judulnya, mereka berlima betul- betul mengalami pertemuan kembali dengan teman- teman mereka semasa SMU. Jim yang dikenang oleh semua orang sebagai pemuda yang gagal melewati 'cobaan' seks pertamanya bertemu dengan anak tetangga yang dulu diasuhnya,Kara; kemudian saat berada dipantai Oz tak sengaja bertemu dengan mantan kekasihnya,Heather si gadis paduan suara; Vicky yang dulu seorang teman sekaligus kekasih bertemu dengan Kevin; dan Finch pun akhirnya memiliki seorang pacar, Selena yang juga sesama teman SMU. Lalu bagaimana dengan Stifler yang masih tetap mendewakan seks diatas segala-galanya?. Selain mengisahkan pertemuan, ada kisah yang menarik difilm ini yakni bagaimana Jim dan Michelle berusaha mencari waktu berbulan madu untuk kedua kalinya dan bagaimana usaha Jim membahagiakan ayahnya,Levinstein setelah 3 tahun hidup seorang diri semenjak ditinggal istrinya hampir 3 tahun lamanya.

Film ini masih tetap menghadirkan seks sebagai sajian utama dari awal hingga akhir cerita. Tidak ada persoalan lain yang ingin dikisahkan dalam quadrilogy American Pie ini kecuali (lagi-lagi) tentang seks. Sejak permulaan film ini  dibuka penonton sudah diberikan suguhan adegan konyol- lihat saja adegan Jim dan Michelle melakukan 'sesuatu', kemudian adegan dimana Jim sedang menggendong Kara dalam keadaan telanjang dan dilihat anaknya,Evan, serta bagaimana reaksi wajah Stifler saat melihat Kara dalam keadaan seperti itu. Tetapi, semua itu kurang 'menggigit', karena sedari awal di seri pertama sampai seri ketiga semua adegan tadi sudah pernah ditampilkan. Meski demikian kisah American Reunion masih enak untuk ditonton, terutama bagi saya pribadi serasa menikmati reuni- ya saya masih ingat menonton film American Pie seri pertama, ketika itu duduk dibangku kuliah- ditambah lagi di film ini diisi lagu-lagu soundtrack akhir tahun 90-an semisal lagu Wannabe yang dipopulerkan Spice Girls dan lagu I'll Make Love To You dibawakan oleh Boyz II Men dimana mampu menolong penonton untuk lebih menikmati aksi komedi remaja super konyol dan blak- blakan ini.


Rabu, 08 Agustus 2012

The Four


 Director: Gordon Chan, 2012


Jika menyebutkan judul- judul film Mandarin selalu identik dengan wu xia yaitu pelbagai macam jurus- jurus bela diri terkadang juga dengan ilmu peringan tubuh. Sudah banyak film mandarin dari jaman saya masih kecil sampai sekarang  tayang di bioskop tanah air bahkan ada yang langsung dalam format  VCD/DVD. Dan, dari sekian banyak film mandarin tersebut hanya sedikit yang diangkat dari sebuah novel – dan juga sukses di versi layarlebarnya, karena tidak semudah yang dibayangkan.  Hanya satu- selama yang saya tahu- film yang bisa dibilang sukses mengangkat sebuah film dari novel.  Red Cliff yang dirilis menjadi 2 bagian di tahun 2008 dan tahun 2009 ini dibintangi Tony Leung Chiu Wai, Takeshi Kaneshiro dan disutradarai oleh John Woo ,dibuat berdasarkan novel “Kisah Tiga Negara”  ditulis oleh Luo Guanzhong menceritakan zaman Tiga Negara di Tiongkok dimulai dari penghujung Dinasti Han yang kemudian dipersatukan kembali dibawah Dinasti Jin. Kali ini, The Four  film yang juga diangkat dari novel karangan Wen Ruian ini mencoba mengikuti jejak pendahulunya itu dengan harapan bisa diterima oleh para penonton dan minimal bisa mengeruk pundi- pundi uang,barangkali.

Disutradarai oleh Gordon Chan, The Four diperan-utamai Collin Chou, Anthony Wong, Liu Yi-Fei, dan Ronald Cheng. Filmnya sendiri cenderung merupakan gabungan dari 2 cerita menjadi 1. Yang pertama menitikberatkan pada Departemen 6 merupakan petugas patroli tertinggi di ibukota yang diakui oleh kerajaan. Dalam suatu masa Departemen 6 yang diketuai oleh Kepala Sheriff, Tuan Liu, baru pertama kalinya menerima anggota seorang wanita,Ji Yaohua yang notabene ahli kungfu Penglai-inipun atas rekomendasi dari Pangeran Kerajaan. Sedangkan tema kedua mengisahkan  Kepolisian Khusus yang menamakan dirinya “Petugas Suci”,diketuai oleh Zhuge Zhengwo yang juga merupakan petugas yang diakui dan diberi mandat oleh Kerajaan untuk menginvestigasi kasus- kasus kriminal. Pernah suatu kali kejadian, 2 kelompok ini bertikai gara- gara saling mengakui bahwa kelompok dia (= Departemen 6/ Petugas Suci) yang diakui oleh Kerajaaan tetapi sempat didamaikan oleh Pangeran dan diminta supaya kedepannya mereka bekerjasama.

Didepan Pangeran kedua kelompok ini terlihat baik- baik saja, namun dibelakang masih terjadi perseteruan. Leng Lingqi, salah satu anggota Departemen 6 ditugaskan oleh Tuan Liu guna menyelidiki Zhuge Zhengwo, karena diduga ada konspirasi  ingin menjatuhkan kedudukan Kaisar. Ya, Leng Lingqi berhasil menyusup menjadi mata- mata di Petugas Suci, semua pembicaraannya dengan Zhuge disampaikan ke Tuan Liu. Namun mudah ditebak, dua kelompok petugas ini akhirnya bergabung menjadi satu terutama setelah ditemukan satu kasus menghebohkan bahwa salah satu menteri di kerajaan mereka sedang merencanakan untuk merebut tahta dengan cara menghidupkan orang mati. The Four yang terdiri dari Emotionless ( Liu Yi-Fei), Iron Hands ( Collin Chou), Life Snatcher ( Ronald Cheng), dan Cold Blood ( Deng Chao) melindungi Kaisar dari aksi kejahatan si menteri. 

Diantara kekuatan dan kelemahan yang didapat dari film berdurasi kurang lebih 120 menit ini, sangat kentara bahwa semua kru film dibelakang layar berusaha semaksimal mungkin ‘menghidupkan’ kisah dan para karakternya sesuai dengan novelnya. Dari saya sendiri menilai yang menjadi kekuatan film ini tentunya para aktor/aktrisnya, terutama kehadiran aktor senior Anthony Wong dan tentunya Liu Yi-Fei- yang pernah main di film The Forbidden Kingdom bersama Jackie Chan dan Jet Lee ini. Sementara, dari segi kelemahan, biasanya terjadi ada beberapa karakter dan kisah yang terkadang dihilangkan bahkan ditambahkan dari versi novelnya, dengan tujuan penyesuaian akan durasi film. Karena, saya belum membaca novelnya jadi belum bisa menilai bagian mana yang berbeda dengan versi novelnya he..he..he


Senin, 06 Agustus 2012

Total Recall


 Director: Len Wiseman, 2012

Sebagai informasi Total Recall yang baru saja premiere tanggal 3 Agustus 2012 ini ternyata remake dari Total Recall yang dirilis tahun 1990. Dari sumber yang saya baca, jujur karena saya belum menonton versi aslinya. Film bertema sci-fi yang disutradarai Paul Verhoeven memiliki konsep cerita tentang Rekall, sebuah perusahaan  yang memberikan layanan jasa b`gi mereka yang bosan dengan rutinitas kehidupan sehari-hari  dengan cara menanamkan memori fiktif ke otak si pengguna- saat itu aktor Arnold Scwarzenegger melakukan perjalanan ke Planet Mars. Dan, salah satu adegan memorable-nya adalah Arnie ( panggilan akrab Arnold Scwarzenegger) menarik alat pelacak dari lubang hidungnya dan tentunya wanita berpayudara tiga. Kembali ke Total Recall 2012, apakah versi remake kali ini yang disutradarai Len Wiseman mampu memberikan formula yang berbeda?.

Kisah yang terinspirasi dari cerita pendek karya Philip K. Dick berjudul “We Can Remember It For You Wholesale”, dibuka dengan prolog:  sebagai akibat dari perang kimia global, Bumi kini hanya terdiri dari 2 (dua) negara yakni UFB (United Federation of Britain) dan The Colony. The Fall, satu- satunya alat transportasi  yang digunakan untuk menjembatani perjalanan antara 2 negara ini. Colin Farrell adalah Douglas Quaid, seorang buruh pabrik robot di negara UFB yang sudah memiliki seorang istri, Lori. Dalam kehidupannya ia masih merasakan kejenuhan , tidak adanya kenaikan jabatan, seringnya kerja larut malam menyebabkan kurang terjalin komunikasi dengan si istri ditambah lagi belakangan ini sering bermimpi akan hal yang sama berulang- ulang. Berangkat dari masalah tersebut, ia mencoba datang ke Rekall, ya hanya sekedar melepas kejenuhannya. Sebelum menginjakkan kakinya di Rekall, Harry sahabat dekatnya sempat melarang dengan alasan Rekall akan mengubah bahkan merusak otak si pengguna.

Belum selesai pengecekan segi keamanan data , tiba- tiba regu petugas polisi berlapis baja mendobrak pintu dan membunuh anggota pekerja Rekall. Ketika Quaid akan ditangkap, secara naluri ia bereaksi dan membunuh ke-20 petugas bersenjata tersebut. Setiba dirumah, ia menemui dan menceritakan cerita sebenarnya kepada Lori , namun apa yang didapat bukan ketenangan/ jalan keluar malahan Lori berusaha membunuh dirinya dan mendapatkan satu kenyataan bahwa Lori bukanlah istrinya. Lalu, seperti Arnie sebelumnya, Quaid harus mengasah otak untuk mencari tahu bagian mana yang sebenarnya dan bagian mana hasil imajinasi dari otaknya- seperti tagline film ini “Is It Real Is It Recall- belum lagi wanita yang sering muncul dimimpinya itu, Melina mengaku dirinya wujud manusia nyata bukan seperti di alam mimpi Quaid.

Karena produksi Origin Films ini didasarkan pada cerita pendek, maka wajar saja di film ini tidak memberikan pendalaman lebih pada karakter dan cerita melainkan lebih menitikberatkan ke sudut pandang imajinasi. Lihat saja,mobil udara yang menggantung, alat komunikasi berupa telpon yang ditanamkan di telapak tangan dan bisa divisualisasikan jika ditempelkan ke kaca, perubahan wajah dan suara bisa dilakukan via alat yang ditempelkan ke leher. Dari segi pemain, Kate Beckinsale yang mampu menunjukkan kualitas akting terbaik di film ini sehingga penonton termasuk saya bisa merasakan sosok antagonis dalam dirinya terutama pengejaran tanpa lelah untuk membunuh Colin Farrell-entah hal ini disengaja atau tidak karena Kate Beckinsale adalah istri Len Wiseman. Selebihnya untuk adegan laganya saya akui pas, dan adegan yang saya sukai saat pertarungan brutal antara Kate Beckinsale dengan Jessica Biel di dalam lift. Sebagai jawaban dari pertanyaan diatas, Len Wiseman berhasil  memberikan formula yang berbeda dari versi aslinya walau tetap dengan  konsep yang sama.Oiya, untuk adegan BB (buka- bukaan) terjadi sangat cepat, jadi pasang mata baik- baik ya ha..ha..ha.


Sabtu, 04 Agustus 2012

StreetDance 2


Director: Max Giwa and Dania Pasquini, 2012


Beberapa tahun lalu, kita sempat disuguhi perpaduan kisah drama -dansa remaja dalam film Step Up  yang dibintangi oleh si cakep Channing Tatum. Lalu, apakah kita masih ingat akan kisah remaja dengan tarian jalanannya? Kini Vertigo Film mempersembahkan kembali sekuelnya yang ditangani oleh Max Giwa dan Dania Pasquini berjudul StreetDance 2 ,yang masih tetap berkisah seputar tarian jalanan dan persaingan mendapatkan gelar terbaik. 

StreetDance 2 dibuka dengan sosok seorang pria yang mengaku dirinya penyendiri, Ash begitulah namanya, seorang penjual popcorn dalam salah satu kompetisi tarian jalanan. Ditengah keopthmisannya untuk menjadi penari jalanan terkenal, ia harus kecewa karena saat menunjukkan sedikit bakat tariannya, ia malah terjatuh. Demi melancarkan jalannya menuju kompetisi Final Clash- notabene merupakan satu-satunya ajang pertarungan terbesar di Eropa- selain tentunya ambisinya untuk mengalahkan The Invisible, Ash bekerjasama dengan Eddie, yang menjabat sebagai manajernya. Dan dalam waktu 2 minggu mereka berdua mencari penari terhebat di Eropa untuk kemudian dijadikan satu tim/kru, mulai dari Copenhagen, Ibiza, Swiss, Amsterdam, Berlin sampai Paris, ya akhirnya mereka menemukan para penari jalanan dengan gaya dan gerakan sesuai ciri khasnya masing- masing.

Tekad Ash semakin lengkap, ketika melihat seorang penari wanita Latin, Eva menunjukkan tarian salsa diatas ring tinju. Ajakan Ash untuk bergabung menjadi krunya sempat Eva terima, namun tak demikian oleh kawan- kawan Ash, dengan alasan tarian salsa tidak cocok malah terkesan aneh. Tak mau menyerah, usaha Ash merayu teman-temannya pun disambut baik dan akhirnya Eva pun bergabung. Tak luput juga, cerita ini pun diberi kisah romantis benih- benih cinta pun mulai tumbuh diantara Ash dan Eva. Lalu, bagaimana cara Ash beserta krunya menjadi penari terbaik sekaligus bisa mengalahkan The Invicible yang dua kali berturut- turut menjadi jawara? Inilah yang menjadi sentral cerita film ini.

Untuk film ini saya bisa katakan biasa- biasa saja, tak bagus tapi tak juga jelek- jelek amat. Karena setidaknya dalam durasi kurang lebih 90 menit saya bisa menikmati irama tarian dalam balutan musik dansa. Sayangnya film ini masih kalah bagus dengan seniornya Step Up  bahkan Beat The World yang memiliki tema cerita serupa, sehingga membuat StreetDance 2 kurang ‘meletup’lebih keras. Lagipula, kisah seperti ini sudah sangat mudah ditebak endingnya. Selebihnya, bagi teman- teman yang suka dengan kisah perjalanan seorang penari jalanan dengan bumbu romantis, maka saya merasa film ini sangat cocok untuk ditonton. Oiya, khususnya bagi kaum pria StreetDance 2 menampilkan Sofia Boutella yang berperan sebgai Eva, sudah cantik apalagi saat menari tarian salsa-yang katanya tergolong salah satu tarian erotis, makin hot dalam setiap gerakannya ha..ha..ha.