Minggu, 23 November 2014

The Hunger Games: Mockingjay Part 1

Sutradara: Francis Lawrence, 2014

Menerjemahkan buku/novel bacaan remaja belasan tahun yang dikenal dengan sebutan YA (Young Adult) ke layar lebar sudah pasti memiliki taruhan besar dalam ruang lingkup meraih keuntungan box office. Selama beberapa tahun terakhir ini terasa sangat sulit bagi setiap novel YA yang sudah difilmkan sanggup menyaingi franchise Harry Potter. Dengan target audience lebih dewasa serta tema yang diusung mengenai politik yang berskenario gelap telah terbukti menjadi kekuatan yang layak diperhitungkan. Itulah konsep yang dibawa Suzanne Collins dalam novel karangannya yang diterbitkan tahun 2008. Seri pertama franchise The Hunger Games kurang emosional yang kemudian terobati di sekuelnya Catching Fire. Mengikuti jejak franchise Harry Potter dan Twilight Saga, novel terakhir ini pun dibagi menjadi dua film yang kayaknya sudah menjadi populer dalam adaptasi YA.

The Hunger Games: Mockingjay - Part I dibuka dengan Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) dibawa ke kamp bawah tanah rahasia di Distrik 13, setelah sebelumnya dirinya diselamatkan oleh kaum pemberontak/ pejuang kemerdekaan  pada akhir pertandingan keduanya, Catching Fire. Mencari seorang juru bicara untuk memimpin pemberontakan mereka melawan penindas mereka, Presiden Coin (Julianne Moore) dan pemimpin pemberontakan Plutarch Heavensbee (Philip Seymour Hoffman) berupaya meyakinkan Katniss menjadi "The Mockingjay", yang memungkinkan dirinya menjadi simbol revolusi untuk mengumpulkan sisa-sisa distrik yang masih ada melawan Capitol dalam pertarungan akhir. Pada skala yang lebih kecil, Katniss bertekad untuk menyelamatkan Peeta dari cengkeraman Presiden Snow (Donald Sutherland), yang mengumumkan satu pernyataan tegas bahwa "semua yang berkaitan dengan "Mockingjay" dilarang".

Jika kalian menonton The Hunger Games: Mockingjay - Part I berharap menyaksikan adegan aksi, kalian akan kecewa melihat drastisnya pada poin aksinya. Seri pertama berikut sekuelnya masih dalam konteks arena permainan mematikan, penonton disuguhi banyak pertarungan demi mempertahankan nyawa pribadi dan atau kelompoknya. Namun, seri ketiga ini lebih banyak mengarah ke politik pemberontakan, sehingga adegan aksi disini kurang banyak "berbicara". Ini semua jelas ditahan untuk bagian akhir dari seri. Untungnya, ada unsur komedi pada karakter Effie Trinket (Elizabeth Banks) terbukti menjadi salah satu penghilang kepenatan menonton film ini. Peter Craig dan Danny Strong yang menjabat sebagai penulis skenario berhasil memberikan guyonan yang terasa alami, sebagai Effie berjuang untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup baru tanpa make-up berlebihan, rambut palsu dan gaun norak. Bagi penggemar TV Series penampilan si Margaery Tyrell dalam Game of Thrones dan si T-Bag dalam Prison Break pastinya merasakan nostalgia  ketika menonton kedua serial TV yang mereka berdua perankan. 

Mengutip salah satu dialog terpenting yang diucapkan Katniss "..I have a message for President Snow: If we burn, you burn with us! " bagian pertama ini menjadi pertanda bahwa di bagian keduanya nanti lebih berapi-api. Ya, penonton dibuat semakin greget bagaimana akhir dari pembalasan dendam yang dilakukan Katnis dkk akan setimpal dengan Capitol lakukan pada mereka. Sebelum sampai ke sana silakan nikmati dulu suara seksi JLaw dalam membawakan satu lagu "The Hanging Tree" serta tentunya bagaimana rapinya Francis Lawrence membangun pondasinya mengobarkan semangat pengikut Katniss Everdeen dengan semboyan "Join The Mockingjay. Join The Fight".



0 komentar:

Posting Komentar