Selasa, 25 November 2014

Horns

Sutradara: Alexandre Aja, 2014


Horns diadaptasi dari novel dengan judul yang sama tahun 2010 oleh Joe Hill, putra Stephen King. Dibintangi Daniel Radcliffe (Harry Potter Saga, The Woman In Black) sebagai Ignatius Perrish (panggilan: Ig), yang menjadi sorotan media massa dari kota kecil tempat tinggalnya ketika pacarnya Merrin  diperankan oleh Juno Temple( Sin City: A Dame to Kill For) ditemukan terbunuh dan dia adalah tersangka utamanya. Tidak lama kemudian, tanduk setan mulai tumbuh dari kepalanya. Pernah sekali waktu tanduk yang masih kecil berusaha dia potong lewat bantuan dokter. Namun apa yang dia ketahui bahwa tanduk yang tumbuh dikepalanya ini bukan bencana melainkan berkat. Tanduk ini memberinya semacam kekuatan paranormal memungkinkan orang-orang yang memandangnya untuk berperilaku dan mengatakan apa yang dipikirkan dan rasakan, termasuk mencari penyebab kematian Merrin, sekaligus membalas dendam pada pelakunya.

Disajikan melalui alur maju mundur antara saat-saat dimana Ig dimasa kini mencari siapa pembunuh pacarnya dengan saat-saat awal hubungan Ig dan Merrin. Transisi dari kedua "nada" yang berbeda sangat penting untuk menerjemahkan adaptasi novel ini yang mana sering beralih dari romantis kemudian kembali ke serius. Namun sayangnya ditangan sutradara Alexandre Aja yang unggul di tema horor berdarah-darah (High Tension, The Hill Have Eyes dan Piranha 3-D) akhirnya membuat Horns melempem tidak maksimal. Horns bukan film tentang gore. Selama hampir dua jam, Horns berjalan terlalu lama dengan segala inkonsisten ceritanya. Satu-satunya penyelamatnya ada nama Daniel Radcliffe yang mana di film ini dirinya telah meyakinkan semua penonton bahwa dia bukanlah "orang yang dipilih lagi".

Baik versi novel dan film sama-sama memiliki gagasan sederhana tentang yang baik dan jahat serta tidak menguraikan cerita detektif yang sulit dipahami, ya ini seperti gambaran Hill pada masing- masing karakter tokohnya ada 'keinginan dan kelemahan", namun ada beberapa perkecualian. Dalam novel, seorang pelayan digambarkan sebagai saksi mata saja, namun oleh Aja digambarkan sebagai seorang pelayan yang ingin terkenal masuk TV. Lebih buruk lagi, Ig dan Merrin yang didalam novel digambarkan sebagai sepasang kekasih yang baik-baik, sedangkan di versi filmnya Merrin digambarkan tidak lebih dari wanita jalang dengan salib di lehernya.

Namun demikian, kalau kalian mengharapkan unsur misteri daripada thriller balas dendam, maka si pelaku pembunuhan yang terungkap di akhir cerita tidak akan terlalu mengejutkan, yang membuat kekecewaan. Meskipun sebaik-baiknya karakter yang coba diperankan oleh aktor/aktris didalamnya, karakter protagonis maupun antagonisnya toh Horns akhirnya tidak sanggup "menandukmu".


0 komentar:

Posting Komentar