Rabu, 20 Februari 2013

Brave

Sutradara: Mark Andrews, Brenda Chapman, Steve Purcell, 2012


Terhitung mulai tahun 2006 sampai tahun 2012 lalu, Pixar-yang hampir selalu bekerjasama dengan Disney- secara kontinu merilis satu film animasi di setiap tahunnya. Cars 2 (2011) adalah film animasi mereka yang berada di urutan kedua belas tetapi amat disayangkan sekuel Cars (2006) ini ketika dirilis di pasaran hasilnya sedikit mengecewakan walau pendapatan box office diseluruh dunia masih mengutungkan. Mungkin, sebagai penebus kekecewaannya dan atau menunjukkan kembali kehebatannya. Di tahun 2012 studio ini merilis satu film yang tepat berada diurutan ketiga belas- sebagian orang mempercayai angka ini adalah angka sial- dimana karakter utama yang diangkat baru kali ini dibuat oleh Pixar-meski mitranya Disney sudah mengangkatnya ke layar lebar duluan. Ya, seorang princess alias putri raja dari negara Skotlandia.

Merida (disuarakan oleh Kelly Macdonald) adalah seorang putri raja dari Kerajaan Skotlandia yang dipimpin oleh ayahnya, Raja Fergus (disuarakan oleh Billy Connolly) dan ibunya, Ratu Elinor (disuarakan oleh Emma Thompson) dan memiliki tiga adik kembar yakni Hammish, Hubert dan Harris. Semenjak kecil cara pandang dan didikan yang diajarkan oleh Raja Fergus dan Ratu Elinor terhadap Merida sangat berbeda. Sang ayah tidak terlalu mengikat anaknya harus begini begitu layaknya seorang putri raja, tetapi hal ini tidak berlaku bagi ibunya yang mana mengharuskan Merida harus mengenal kerajaannya, harus mematuhi peraturan kerajaan dimana semua ini demi satu tujuan yaitu mencapai kesempurnaan sebagai seorang puteri raja. Sebagai contoh di hari ulang tahun Merida diberi kado istimewa oleh ayahnya berupa sebuah busur panah. Sontak, ibunya tak setuju atas hadiah tersebut mengingat Merida adalah seorang puteri alias bukan seorang putera. Hari demi hari berganti dan tahun pun berlalu dengan cepat, Merida kini menginjak usia dewasa. Ratu Elinor mengundang ketiga klan kerabatnya (klan Macintosh, klan Macguffin dan klan Ding-Wall) datang ke kerajaannya dengan tujuan menjodohkan Merida kepada salah satu dari putera ketiga klan tersebut. Dari mulai perkumpulan keempat klan hingga akhir film, Brave mulai memperlihatkan kelucuan, ketegangan bahkan kesedihannya.

Kisah perjalanan Merida yang mirip dengan perjalanan Nemo dalam filmnya Finding Nemo (2003) inilah alasan utama mengapa film ini amat berkesan. Hubungan antara orang tua -yang diwakili oleh karakter seorang ibu- dan anaknya beserta petualangannya lebih emosional dalam Brave. Tak seperti film- film Pixar sebelumnya yang lebih dominan ke arah hiburan anak- anak semata semisalnya trilogi Toy Story, The Incredibles (2004), Monster Inc. (2001) bahkan A Bug's Life (1998). Humor di Brave sangat sedikit porsinya. Selebihnya, kisah dikemas penuh arti dan moralitas bahkan tak segan menyinggung soal takdir yang mana terkadang bersinggungan dengan makna kebebasan itu sendiri. Tetapi, hal ini tidak membuat Brave tidak disukai oleh penonton terutama anak kecil. Malah berkat pesan moral yang disampaikan diharapkan mereka dapat memahami alasan mengapa kedua orangtuanya begitu ketatnya dalam mendidik meski dengan banyak aturan yang harus dipatuhi.

Telat, ya satu kata ini tepat digunakan untuk mewakili kalau baru saja menonton film ini. Tetapi, ketelatan saya untuk menonton film ini sudah terobati atas kualitas cerita yang berhasil dibawakan oleh ketiga sutradara Brave ini. Ada Mark Andrews yang sebelumnya menjadi penulis cerita film John Carter (2012) lalu Brenda Chapman yang pernah menjabat sebagai penulis di film Beauty and The Beast (1991) dan The Lion  King (1994) membawa kisah baru tentang seorang putri dengan takdirnya, tentunya tak kehilangan sentuhan adegan aksi memukaunya- dengan adegan slow motion yang dramatis- menambah nilai plus Brave. Sedikit berbicara soal takdir, apa yang menjadi poin utama Brave adalah bagaimana setiap manusia semula ingin meraih kebebasannya dengan cara merubah takdirnya sendiri tetapi di kemudian hari melalui satu kejadian tak menyenangkan, jalan dari takdir itu sendiri yang akan menuntut kita kembali. Yang dalam film ini "jalan dari takdir" itu diberi istilah Will-O-The Wisps.
           

0 komentar:

Posting Komentar