Sabtu, 27 Oktober 2012

V/H/S

Director: Ti West,Adam Wingard,Glenn McQuaid,David Bruckner,Joe Swanberg, Radio Silence, 2012


Bagi teman- teman yang tahun kelahirannya sekitar s/d akhir tahun 80’an, mungkin tidak asing lagi dengan kaset VHS. Saya pribadi pernah mengalami menonton film dalam bentuk kaset VHS ini. Gak simpel, itu menurut pendapat  saya karena masih dalam bentuk kotak tebal persegi, bisa dibayangkan kalau sewa lebih dari dua atau tiga judul film wah kalau dibawa bisa berat juga hehehe. Sesuai dengan judulnya, nantinya apa yang akan dilihat oleh penonton adalah rekaman video kamera dari beberapa kaset VHS yang direkam secara amatir. Oiya film ini tergolong ke dalam film omnibus (= satu film dengan beberapa kisah pendek didalamnya sehingga di tiap kisahnya memakan masa putar yang tidak terlalu lama ). Untuk V/H/S sendiri terdiri 6 (enam) kisah dimana plot utamanya ada pada 4 (empat) orang laki yang bisa dikatakan sekelompok penjahat yang ditugaskan untuk mengambil rekaman video disuatu rumah yang belum pernah mereka datangi. Apa yang mereka temukan adalah sesuatu yang bla bla bla. 

Tape 56 (Dir: Adam Wingard)

merupakan ‘pintu’ pertama yang akan membuka kelima ‘pintu’ selanjutnya.  Seperti dikalimat terakhir paragraph pertama, ‘pintu’ ini dibuka oleh 4(empat) orang laki yang pekerjaannya hanyalah merekam semua kegiatannya tanpa arti, semisalnya sewaktu mereka berada di salah satu parkiran mobil melihat ada sepasang kekasih berjalan, lalu ditariklah si cewek itu hanya untuk sekedar (maaf) melihat payudara, belum lagi saat berada dirumah kosong mereka membanting semua perkakas dan memecahkan semua kaca. So useless..tetapi ketika mendapat tugas dari seseorang untuk mengambil rekaman video dari sebuah rumah yang tampaknya kosong dengan imbalan $50, dimulailah kisah perjalanannya. Pada malam harinya mereka tiba dirumah yang dituju , keempat laki ini -dengan berbekal lampu senter -mulai menyusuri tiap sudut ruangan. Ternyata rumah yang tadinya tampak kosong, terdapat mayat seorang laki tua dalam kondisi duduk di depan televisi. Penyelidikan rumah ini berlanjut ke ruang bawah tanah. Secara bergantian salah satu dari mereka harus berada di ruangan tepat dimana orang tua ini meninggal.  Daripada melamun sendirian, orang yang ada diruangan ini mencoba memutar salah satu tumpukan kaset VHS disana.  

Amateur Night (Dir: David Bruckner)

'pintu' kedua bercerita tentang 3(tiga)pemuda Shane,Patrick dan Clint yang menyewa sebuah  kamar hotel. Sebelum bermalam mereka bertiga berniat mencari teman tidur. Dari bar ke bar akhirnya berhasil memikat 2(dua) perempuan, Lisa dan Lily. Sayang, ketika Shane dan Lisa mulai bercinta, si Lisa malah tak sadarkan diri. So, Lily yang diajak oleh kedua bahkan ketiga pemuda untuk bercinta. But, having fun becomes nightmares. 

Second Honeymoon (Dir: Ti West)

'pintu' ketiga bercerita tentang sepasang kekasih, Sam dan Stephanie dalam acara bulan madunya. Kegiatan mereka berdua direkam oleh Stephani. Saat hendak tidur malam, kamar hotel yang mereka tempati tiba- tiba terdengar suara ketukan pintu. Oleh Sam pintu kamar ini dibuka, ternyata seorang perempuan yang minta tolong tumpangan mobil dihari esok. Tetapi, bulan madu mereka kedua kali ini benar- benar ternoda oleh darah. Why or by whom?         

Tuesday the 17th (Dir: Glenn McQuaid) 

'pintu' keempat bercerita tentang perjalanan 4 orang (2 laki 2 perempuan) yang menemui jalan buntu. Ditinggallah mobil yang mereka tumpangi, dengan berjalan kaki di siang hari mereka menyusuri hutan. Merasa lelah mereka pun beristirahat sejenak di sebuah tepi sungai. Sambil bercanda gurau salah satu wanita ini menceritakan kejadian pembunuhan beberapa waktu lalu tepat didalam hutan ini. Kalau hutan ini memang mengerikan, lalu mengapa mereka berempat ke tempat ini? Apakah hutan ini merupakan 'jalan buntu' terakhir bagi mereka?    

The Sick Thing That Happened To Emily When She Was Younger (Dir: Joe Swanberg)

'pintu' kelima bercerita tentang seorang gadis bernama Emily yang lagi asyik- asyiknya ber-video chatting dengan kekasihnya yang seorang dokter,James. Hubungan mereka memang sangat dekat tidak pagi tidak malam selalu chatting-an. Kala siang Emily selalu bercerita kepada James tentang luka dipergelangan tangannya yang kian hari makin parah. Kala malam Emily selalu bercerita tentang apartemennya yang berhantu. Apakah luka yang dialami Emily memang karena goresan roh halus?      

10/31/98 (Dir: Radio Silence)  

'pintu' keenam sekaligus 'pintu' terakhir bercerita tentang sekelompok pemuda yang terdiri dari 4 orang (tapi bukan orang yang sama dengan kisah Tape 56 diatas) dalam acara pesta Halloween. Seperti biasa dalam kondisi mabuk, mereka berjalan kaki berkunjung dari rumah ke rumah. Ternyata ada satu rumah yang tak berpenghuni, mereka pun masuk. Ruangan demi ruangan memang kosong, kecuali satu ruangan dibalik pintu tersembunyi seorang wanita yang meminta pertolongan. Ironis, pertolongan yang diusahakan oleh keempat pemuda tadi tidak sampai maksimal.

Dari keenam cerita diatas yang paling berkesan dalam artian berhasil membuat kejutan bagi saya adalah di judul Tape 56, meski kesemuanya menyajikan ending yang tidak bisa ketebak tapi di kisah ini ada 'sesuatu' yang lebih. Apakah itu? Coba tonton sendiri ya...Oiya film V/H/S ini saya tonton hari Jumat 26 Oktober dan jujur waktu itu saya menontonnya sampai dua kali bukan karena tidak mengerti apa yang disampaikan dalam filmnya, melainkan tertunda karena mendadak sakit pusing. Jadi pertama kali saya menonton sampai bagian Tape 56 kemudian stop dulu dan baru malam harinya saya lanjutkan kembali. Entah benar apa tidak sakit pusing yang saya alami dikarenakan pengambilan gambar yang benar-benar goyang banget (shaking).  
       

Rabu, 24 Oktober 2012

Men In Black 3

Director: Barry Sonnenfeld,2012


Seperti biasa jika suatu film ternyata berhasil meraih keuntungan yang banyak apalagi disukai oleh penontonnya, maka  ide cerita untuk kelanjutan kisahnya (sekuel) hampir pasti diwujudkan. Inipun berlaku pada film yang diangkat dari komik karangan Lowell Cunningham, Men In Black. Dan, untuk seri ketiganya ini masih tetap mempertahankan the winning team-nya. Mulai dari kursi sutradara yang tetap disetir oleh Barry Sonnenfeld, kedua produser yang masih juga tetap sama yakni Walter F. Parkes - Laurie MacDonald dan tentunya penampilan kembali bromance Tommy Lee Jones- Will Smith makin memantapkan ramainya acara reuni film ini. Sekedar flashback musuh utama Agen K dan Agen J di film pertamanya adalah Edgar The Bug sementara di film keduanya menghadapi Serleena. Kini siapa musuh  yang harus dihadapi oleh kedua agen ini di film ketiganya?

Boris The Animal…Kenapa juga ada julukan ‘binatang’ dibelakang namanya?. Boris merupakan sosok makhluk asing (alien) yang paling mengerikan-ya ini mungkin yang coba ditunjukkan oleh Barry Sonnenfeld dalam hal  menaikkan tingkat kejahatan pada karakter antagonisnya. Salah satu anggota tubuhnya tepatnya pada telapak tangannya bagai restlesting yang bisa menyimpan seekor laba-laba alien kecil didalamnya dan jika dalam menghadapi  musuh, telapak tangannya ini bisa mengeluarkan semacam anak panah. Begitu keluar dari ruang tahanan penjara Lunar Maxx, Boris sudah memiliki agenda yaitu menemukan keberadaan agen K dengan berkata “akan aku tulis ulang sejarah”. Lho, ada hubungan apa sebenarnya antara Boris The Animal dengan Agen K?. Adegan kemudian berpindah pada sosok kedua agen K dan agen J yang waktu itu dalam mendemontrasikan alat neuralyzer. Sepulangnya mereka berdua kembali ke kantor dikarenakan agen Z, pemimpin utama, yang sudah bekerja selama 40 tahun dengan agen K meninggal dunia.  Pada malam harinya, kedua agen ini masih menjalankan rutinitas tugasnya menyelidiki keberadaan alien yang memiliki wujud manusia.  Salah satunya mengunjungi restoran Cina yang dikelola oleh Tuan Wu. Penampilan Tuan Wu secara kasat mata berwujud manusia Bumi pada umumnya, namun salah satu anggota tubuhnya tak dapat dibohongi masih adanya unsur alien yang tak dapat dihilangkannya. Agen K sempat marah pada Tuan Wu karena dalam menjalan bisnis restorannya, menu makanannya menggunakan ikan alien bukan ikan asli Bumi yang seharusnya. Setelah dirayu oleh Tuan Wu dan direlai Agen J, agen K tak mempermasalahkan masalah ini. Memang, masalah datang bukan dari Tuan Wu melainkan dari munculnya Boris The Animal di restoran ini. Saat yang sudah lama dinantikan oleh Boris tercapai, Agen K sudah ada dihadapannya. Tinggal sedikit lagi nyawa Agen K dihabisi oleh Boris tapi pertolongan datang dari agen J. 

Agen J sempat menanyakan ada hubungan apa sebenarnya agen K dengan si Boris sampai- sampai berniat membunuh keselamatan jiwa rekannya ini. Alih-alih mendapat detil penjelasan yang diterima, agen K malah menyuruh untuk tidak mencampuri urusan yang hanya dia seorang diri mengetahuinya. Rasa penasaran inilah yang mendorong agen J mengetahui lebih banyak sosok si Boris? Melalui program diketahui Boris The Animal adalah pembunuh Baglodite (= ras alien bajingan yang melenyapkan semua planet yang ada) dan dia satu-satunya tersangka atas  pembunuhan beberapa alien yang terjadi pada tanggal 15 Juli 1969.Dan, Agen K adalah manusia Bumi yang berhasil menangkap Boris The Animal kemudian memenjarakannya di Lunar-Maxx di tanggal 16 Juli 1969. Lagi-lagi hanya garis besar yang didapatkan oleh agen J, karena agen O juga mengatakan hal yang sama yakni “jangan tanyakan pertanyaan yang kau tak ingin mengetahuinya”. Rasa penasaran kemudian berubah menjadi rasa jengkel, bukan jawaban sebenarnya yang diterima agen J. Keesokan paginya, agen J menjemput agen K untuk bertugas tapi rumah yang seharusnya ditinggali agen K ternyata ditinggali seorang ibu dengan anaknya. Lebih herannya lagi, setiba dikantor agen J menanyakan dimana agen K? Semua orang disana tidak tahu siapa itu agen K. Hanya agen O yang tahu dimana keberadaan agen K, yakni sebenarnya agen K sudah meninggal 40 tahun yang lalu. Situasi bertambah bingung campur panik ketika mengetahui Boris The Animal akan menyerang Bumi. Untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran sekaligus menyelamatkan nyawa agen K, mau tidak mau agen J melakukan lompatan waktu. Dengan dibantu Jeffrey Price anak dari Obadiah agen J kembali ke masa lampau tepatnya di tanggal 15 Juli 1969. Ya, ditanggal ini agen J berhasil menemukan agen K muda. Dimulainya petualangan mereka berdua untuk mengambil sebuah alat yang dapat menyelamatkan Bumi. ArcNet, nama alat inilah yang diperebutkan juga Boris The Animal untuk menghancurkan Bumi dari tangan si empunya,Griffin seorang lelaki yang memiliki kemampuan spesial dapat melihat masa depan. Berhasilkah kedua agen ini menyelamatakan Bumi? Apa maksud dari kalimat diatas” menulis ulang sejarah”, meski faktanya tidak ada yang bisa merubah sejarah?.

Kalau mau dicari pembandingnya sebenarnya formula yang diterapkan disekuel kedua ini tidak menawarkan hal yang benar- benar baru. Setelan jas hitam , kacamata hitam, neuralyzer, gadget hi-tech, musuh ya yang begitu begitu aja. Secara keseluruhan belum ada yang membuat film ini lebih baik dari pendahulunya. At least, ada satu keunggulan di film ini yakni pada kualitas ceritanya. Dimana letaknya? Saksikan di akhir cerita karena semua pertanyaan diakhir paragraph kedua terjawab disini walau tentunya ada kesedihan yang harus ditanggung….Sementara dari segi akting, Josh Brolin tampil maksimal mampu membawakan karakter agen K di masa muda bahkan hampir seperti ayah( Tommy Lee Jones) dan anak ( Josh Brolin) hahaha

Minggu, 21 Oktober 2012

Resident Evil: Damnation

Director: Makoto Kamiya, 2012


Nampaknya tahun 2012 ini menjadi ajang pemanjaan bagi para pecinta  game komputer atau PlayStation, dalam hal ini yang saya maksudkan adalah video game buatan Capcom.  Hal ini langsung terlihat dengan kemunculan secara hampir bersamaan 2 (dua) buah film Resident Evil;  Resident Evil: Retribution dan Resident Evil: Damnation . Dan boleh dibilang, yang belakangan ini lebih menyuguhkan hal “lebih” dibanding Resident Evil: Retribution. Mungkin bagi gamer terutama penggemar kisah Resident Evil tak lagi terlalu terheran-heran dengan tampilan nyaris sempurna hasil olahan komputer grafis di film ini, karena visualisasinya persis seperti yang ada di video game-nya.

Diawali dengan narasi yang menceritakan mengenai salah satu negara dibagian EropaTimur, Republik Slavia Timur yang notabene pecahan dari Uni Soviet. Layaknya negara yang baru terbentuk pasti ada 2(dua) kubu yakni pihak  yang mendukung- termasuk pemerintahan didalamnya- dan  pihak yang menentang ( =pemberontak).  Perlawanan antara 2(dua) kubu inilah yang kemudian memicu adanya Perang Sipil. Selama Perang Sipil ini berlangsung diduga ada yang menggunakan Bio- Organic Weapons (BOWs) sebagai senjata andalannya- berupa mutant- mutant yang selama ini muncul dalam kasus Umbrella Corporation-, belum lagi ditenggarai kalau Amerika Serikat dan Rusia sedang mempersiapkan untuk campur tangan didalamnya . Untuk penyelidikan lebih lanjut mengenai rumor/ desas desus penggunaan BOWs, maka ditugaskanlah Leon S. Kennedy-seorang Agen Federal Amerika Serikat ke Republik Slavia Timur. Namun setelah kedatangannya yang masih dalam masa Perang Sipil , Inggrid Hunnigan teman kerja Leon memberitahu kalau pihak A.S telah membatalkan misinya dengan menarik mundur semua pasukannya. Kini Leon seorang diri berada di dalam medan perang sembari mencari jawaban atas “apa hubungan Pemerintah dengan BOWs”meski mengorbankan kehilangan kewarganegarannya.  Ditengah misinya Leon ditawan oleh 3(tiga) orang dari pihak pemberontak, Alexander Kozachenko, JD dan Ivan Judanovich setelah dirinya dikalahkan oleh semacam mutant Licker yang dipunyai oleh Ivan. Menyadari pihak pemberontak yang telah menggunakan BOWs, Leon mendesak Alexander untuk segera berhenti menggunakan BOWs. Sayang, permintaan Leon ini ditolak mentah- mentah oleh Alexander.

Dilokasi yang berbeda, Presiden Svetlana Belikova kedatangan tamu dari penyelidik P.B.B untuk terorisme senjata biologis (BOWs) yang dikirim oleh B.S.A.A, Ada Wong. Tujuan Ada Wong disini adalah menyediakan informasi yang berhubungan dengan BOWs itu sendiri. Dia mengungkapkan kebanyakan negara berkembang dan P.B.B menentang keberadaan BOWs tapi bagaimanapun juga masih diperdagangkan dipasar gelap. Dengan kemajuan teknologi, BOWs kini dapat membentuk hubungan antara manusia dengan BOWs dengan melalui cara tinggal didalam tubuh induknya, sehingga tercipta hubungan tuan dan budak. Cerita pun kembali ke karakter Leon yang masih dalam tahanan Alexander dkk. Tempat persembunyian yang sebelumnya mereka anggap aman/ tak diketahui oleh siapapun ternyata berhasil ditemukan oleh beberapa pihak militer dan sempat terjadi adu tembak dalam ruangan bawah tanah ini. Mereka ber-empat berusaha melarikan diri dari kejaran pihak militer, tetapi hanya Ivan-lah yang tidak berhasil keluar dari tempat persembunyian ini karena ditembak mati oleh Alexander dengan alasan Ivan terindikasi akan mengalami transformasi menjadi seorang zombie. Ya, zombie yang mereka temukan tidak hanya berada di dalam ruangan bawah tanah melainkan juga sudah berada di perkotaan. JD melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana proses seorang warga yang tadinya manusia biasa kemudian berubah menjadi seorang zombie melalui parasit yang dimasukkan ke dalam mulut. Dalam perjalananannya, mereka berdua masuk ke dalam satu gereja. Dan, ditempat ini mereka bertemu kembali dengan Alexander. Tanpa sepengetahuan Alexander, JD memberitahu ke Leon kalau Alexander bersama dengan teman-temannya yang masih hidup akan merencanakan serangan ke Istana Kepresidenan. Mengetahui hal ini, Leon secepatnya menuju Istana Kepresidenan dengan harapan sedini mungkin dapat mencegah rencana serangan Alexander dkk.

Untuk kali ini karakter utama di film Resident Evil tidak lagi menampilkan sosok Alice sebagai jagoannya. Sebagai gantinya diambil karakter Leon S. Kennedy-yang juga tampil di film Resident Evil: Retribution. Hasilnya? Walau tak ada Alice, saya tetap enjoy menikmati suguhan alur ceritanya belum lagi ditambah adegan aksinya. Bicara soal adegan aksi, tak kalah memukaunya dengan versi manusia yang sudah diperankan oleh si Milla Jovovich. Bisa dilihat ada beberapa adegan slow motion perkelahian tangan kosong antara Presiden Svetlana Belikova dengan Ada Wong atau saat perkelahian antara Presiden Svetlana Belikova dengan Leon.Inipun masih belum seberapa karena adegan pertarungan klimaksnya 'Wow banget'. So, bagi para gamer maupun pecinta film Resident Evil jangan lewatkan nonton film ini :)            


Sabtu, 13 Oktober 2012

Brake

Director: Gabe Torres, 2012


Di ulasan film sebelumnya  Red Lights saya sedikit membahas sutradara Rodrigo Cortes yang pernah berhasil membawa kisah ber-genre thriller psikologis dengan main character berada dalam tempat sempit, tepatnya di dalam peti mati. 2 (dua ) tahun kemudian Gabe Torres – jika dilihat dari imdb.com kebanyakan menyutradarai serial TV-  kembali mencoba mengangkat tema cerita yang bisa saya bilang (hampir) memiliki kesamaan plot dengan film Buried. Pembedanya, main character-nya berada dalam bagasi mobil yang dimodifikasi sedemikian rupa. Ingin mengulang keasyikan , gregetnya , serunya saat menonton Buried, kemarin malam  saya  menonton film Brake  tentunya dengan harapan bisa mencapai tingkat ketegangan melebihi sebelumnya.

Prolognya sudah memperlihatkan kesamaan adegan  dengan Buried, tokoh utamanya  terbangun dalam keadaan tidak mengetahui dimana tepatnya dirinya berada. Merah dan hitam hanya kedua warna ini yang dapat  dilihatnya. Hitam, dalam ruangan tertutup tanpa cahaya terang malah diperparah kalau berada di dalam kotak berbentuk persegi. Cahaya merah yang tadi dilihatnya itu berasal dari sebuah alat penghitung mundur ( countdown timer). Disela berteriak minta tolong siapa saja yang dapat mendengarnya sembari mengatur pernafasan, terdengar suara dari sebuah radio tua yang berada didekatnya. “Keluarkan aku” begitu suara laki yang ia dengar. Radio tua inilah yang nantinya menjadi media komunikasi. Dari sini diketahui kalau mereka berdua berada dalam satu ‘perahu’  yang sama hanya berbeda jarak, Jeremy Reins dan Henry Shaw, kedua pria inilah yang sama- sama terjebak. Ketika mesin penghitung waktu tadi menunjukkan angka nol, tiba- tiba Jeremy merasakan adanya pergerakan dan suara mobil dinyalakan. Ternyata dia berada dalam sebuah bagasi mobil, kondisi yang sama juga dirasakan oleh Shaw. Mencoba berpikir mencari alasan mengapa dirinya dan Shaw ditangkap dan dijebak dalam kondisi demikian oleh seseorang yang tak dikenalnya, angka mesin waktu kembali ke angka nol. Kemudian, situasi yang tadinya gelap menjadi terang benderang oleh cahaya lampu di dalam mobil.

Kini dengan jelas dapat melihat bagasi mobil yang dapat memuat badannya ternyata dimodifikasi sedemikian rupa dalam sebuah kotak persegi berbahan kaca bening dengan tambahan satu lubang menyerupai pipa yang terhubung dengan bagian depan kursi sopir. Di dalam pipa ini Jeremy melihat dan mengambil sebuah kertas dimana dibagian  belakangnya bertuliskan “ Berikan kami lokasi dari Roulette”. Masih bertanya-tanya kata yang dimaksudkan di kertas tersebut,  mobil ini kembali berjalan dijalan raya. Dengan menggunakan radio kuno itu, Jeremy mencari gelombang frekuensi dengan harapan frekuensi yang digunakan bisa ditangkap oleh seseorang yang juga menggunakan frekuensi radio. Usahanya untuk segera keluar dari tempat ini juga datang ketika mendapat  telepon dari mantan istrinya, Molly. Jeremy meminta Molly secepatnya menghubungi sahabat sekaligus teman kerjanya, Ben. Kekesalan Jeremy kian memuncak ketika salah satu polisi yang berhasil menemukan keberadaan Jeremy ditembak mati ditambah lagi salah seorang lelaki yang ingin membantu mengeluarkan dirinya juga mati tertembak. Kesal berubah amarah mengetahui istrinya ditangkap oleh orang yang sama yang sedang menculiknya. Ada  2 (dua) pilihan yang harus diputuskan yakni pertama jika ingin dirinya dan mantan istrinya selamat dirinya harus memberikan lokasi seperti yang tertulis di kertas yang tadi sempat dibaca olehnya dan jika tidak maka pilihan terakhir adalah kebalikan dari pilihan pertama. Pilihan mana yang dipilih Jeremy? Siapa sebenarnya orang yang menjebaknya? Apa sebenarnya lokasi itu sehingga begitu diinginkan oleh orang yang menjebaknya?

Paruh waktu pertama Brake sebenarnya sudah cukup bagus dalam menggiring penonton untuk mengikuti langkah demi langkah apa saja yang dilakukan oleh Jeremy untuk secepatnya keluar dari jebakan itu. Namun, sayang bagi saya pribadi keasyikan, gregetnya menonton sedikit terganggu akan twist ending-nya. Mungkin bagi sang sutradara twist ending itu bisa membuat penonton merasa sedikit 'tertipu'. Sementara soal penampilan karakter utama, akting Stephen Dorff  disini sebagai Jeremy Reins masih belum mampu menyaingi akting Ryan Reynold sebagai Paul di filmnya Buried. Jadi untuk film Brake belum mampu mengalahkan film Buried, baik dari segi cerita maupun aktor yang berperan didalamnya.