Sabtu, 13 Oktober 2012

Brake

Director: Gabe Torres, 2012


Di ulasan film sebelumnya  Red Lights saya sedikit membahas sutradara Rodrigo Cortes yang pernah berhasil membawa kisah ber-genre thriller psikologis dengan main character berada dalam tempat sempit, tepatnya di dalam peti mati. 2 (dua ) tahun kemudian Gabe Torres – jika dilihat dari imdb.com kebanyakan menyutradarai serial TV-  kembali mencoba mengangkat tema cerita yang bisa saya bilang (hampir) memiliki kesamaan plot dengan film Buried. Pembedanya, main character-nya berada dalam bagasi mobil yang dimodifikasi sedemikian rupa. Ingin mengulang keasyikan , gregetnya , serunya saat menonton Buried, kemarin malam  saya  menonton film Brake  tentunya dengan harapan bisa mencapai tingkat ketegangan melebihi sebelumnya.

Prolognya sudah memperlihatkan kesamaan adegan  dengan Buried, tokoh utamanya  terbangun dalam keadaan tidak mengetahui dimana tepatnya dirinya berada. Merah dan hitam hanya kedua warna ini yang dapat  dilihatnya. Hitam, dalam ruangan tertutup tanpa cahaya terang malah diperparah kalau berada di dalam kotak berbentuk persegi. Cahaya merah yang tadi dilihatnya itu berasal dari sebuah alat penghitung mundur ( countdown timer). Disela berteriak minta tolong siapa saja yang dapat mendengarnya sembari mengatur pernafasan, terdengar suara dari sebuah radio tua yang berada didekatnya. “Keluarkan aku” begitu suara laki yang ia dengar. Radio tua inilah yang nantinya menjadi media komunikasi. Dari sini diketahui kalau mereka berdua berada dalam satu ‘perahu’  yang sama hanya berbeda jarak, Jeremy Reins dan Henry Shaw, kedua pria inilah yang sama- sama terjebak. Ketika mesin penghitung waktu tadi menunjukkan angka nol, tiba- tiba Jeremy merasakan adanya pergerakan dan suara mobil dinyalakan. Ternyata dia berada dalam sebuah bagasi mobil, kondisi yang sama juga dirasakan oleh Shaw. Mencoba berpikir mencari alasan mengapa dirinya dan Shaw ditangkap dan dijebak dalam kondisi demikian oleh seseorang yang tak dikenalnya, angka mesin waktu kembali ke angka nol. Kemudian, situasi yang tadinya gelap menjadi terang benderang oleh cahaya lampu di dalam mobil.

Kini dengan jelas dapat melihat bagasi mobil yang dapat memuat badannya ternyata dimodifikasi sedemikian rupa dalam sebuah kotak persegi berbahan kaca bening dengan tambahan satu lubang menyerupai pipa yang terhubung dengan bagian depan kursi sopir. Di dalam pipa ini Jeremy melihat dan mengambil sebuah kertas dimana dibagian  belakangnya bertuliskan “ Berikan kami lokasi dari Roulette”. Masih bertanya-tanya kata yang dimaksudkan di kertas tersebut,  mobil ini kembali berjalan dijalan raya. Dengan menggunakan radio kuno itu, Jeremy mencari gelombang frekuensi dengan harapan frekuensi yang digunakan bisa ditangkap oleh seseorang yang juga menggunakan frekuensi radio. Usahanya untuk segera keluar dari tempat ini juga datang ketika mendapat  telepon dari mantan istrinya, Molly. Jeremy meminta Molly secepatnya menghubungi sahabat sekaligus teman kerjanya, Ben. Kekesalan Jeremy kian memuncak ketika salah satu polisi yang berhasil menemukan keberadaan Jeremy ditembak mati ditambah lagi salah seorang lelaki yang ingin membantu mengeluarkan dirinya juga mati tertembak. Kesal berubah amarah mengetahui istrinya ditangkap oleh orang yang sama yang sedang menculiknya. Ada  2 (dua) pilihan yang harus diputuskan yakni pertama jika ingin dirinya dan mantan istrinya selamat dirinya harus memberikan lokasi seperti yang tertulis di kertas yang tadi sempat dibaca olehnya dan jika tidak maka pilihan terakhir adalah kebalikan dari pilihan pertama. Pilihan mana yang dipilih Jeremy? Siapa sebenarnya orang yang menjebaknya? Apa sebenarnya lokasi itu sehingga begitu diinginkan oleh orang yang menjebaknya?

Paruh waktu pertama Brake sebenarnya sudah cukup bagus dalam menggiring penonton untuk mengikuti langkah demi langkah apa saja yang dilakukan oleh Jeremy untuk secepatnya keluar dari jebakan itu. Namun, sayang bagi saya pribadi keasyikan, gregetnya menonton sedikit terganggu akan twist ending-nya. Mungkin bagi sang sutradara twist ending itu bisa membuat penonton merasa sedikit 'tertipu'. Sementara soal penampilan karakter utama, akting Stephen Dorff  disini sebagai Jeremy Reins masih belum mampu menyaingi akting Ryan Reynold sebagai Paul di filmnya Buried. Jadi untuk film Brake belum mampu mengalahkan film Buried, baik dari segi cerita maupun aktor yang berperan didalamnya.

0 komentar:

Posting Komentar