Senin, 17 Desember 2012

The Hobbit: An Unexpected Journey

Director: Peter Jackson, 2012



17 (tujuh belas) tahun sebelum novel trilogi The Lord of The Rings (1954-1955) ditulis oleh si penulis asal Britania Raya, John Ronald Reuel Tolkien –yang kita kenal dengan nama J.R.R Tolkien- ini Beliau terlebih dahulu telah menerbitkan novel The Hobbit(1937). Tepat 47 (empat puluh tujuh) tahun kemudian sutradara kelahiran New Zealand, Peter Jackson mulai memvisualisasikan novel  trilogi The Lord of The Rings ke layar lebar  mulai dari jilid pertama hingga jilid ketiga The Fellowship of The Ring (2001), The Two Towers (2002), The Return of The King (2003). Saya masih ingat betapa hebatnya hasil visualisasi Peter Jackson dan kawan-kawannya mulai dari desain lokasi Shire, Rivendell hingga yang paling mengagumkan adalah peperangan final antara Frodo dkk melawan kekuatan jahat Sauron…it’s more than amazing for me. Kehebatan film ini layak mendapat ganjaran manis bertubi- tubi, ya selain menduduki posisi All Time Box Office, di setiap serinya selalu meraih penghargaan di ajang Academy Awards bahkan untuk The Return of The King meraih 11 Piala Oscar termasuk Best Picture 2003. Dan, di penghujung  tahun 2012 Peter Jackson merilis The Hobbit yang kali ini selain dalam versi 2D juga ada versi  3D dan HFR 3D. Oiya saya sendiri menonton film ini dalam format HFR 3D.

Layaknya sebuah novel, Bilbo Baggins pun berperilaku sama seperti J.R.R Tolkien mulai menulis kisah petualangannya dalam satu buku yang nantinya ditujukan kepada Frodo Baggins. Nun jauh di Timur sana, tinggallah para kurcaci dengan damai dan tenangnya dalam suatu kota dengan kerajaannya bernama Erebor  yang dipimpin oleh Thror. Bagaimana mereka tidak hidup dengan damai dan tenang karena sumber kekayaan sudah ada di depan mata kepalanya. Yap, tumpukan emas yang saya maksudkan disini. Tetapi, lagi- lagi yang namanya kehidupan hal baik dan buruk datang tak terduga, masa- masa kejayaan Kerajaan Erebor pun  berubah menjadi masa kegelapan. Smaug, sang naga mengambil alih kerajaan ini termasuk semua harta berharga yang selama itu dikumpulkan.  Mau tahu kisah selanjutnya? Yap,kisah dilanjutkan kembali  ke 60 (enam puluh) tahun yang lalu ketika Bilbo Baggins masih muda. Adalah Gandalf The Grey yang mengunjungi Bilbo dirumahnya. Kedatangan Gandalf tak lain adalah menawarkan ke dirinya suatu perjalanan yang diharapkan setelah akhir perjalanan ini, nantinya oleh Bilbo dapat ditulis menjadi satu buku, ya memang Gandalf mengetahui kalau Bilbo rajin menulis. Gampang ditebak, meski diawal-awal Bilbo menolak tawaran ini toh akhirnya luluh juga. Tanda tangan di Surat Perjanjian menjadi catatan perjalanan tak terduga-nya ( An Unexpected Journey) Bilbo. Satu perjalanan panjang menuju Gunung Sunyi  ( The Lonely Mountain) demi merebut kembali harta berharga dan Kerajaan Erebor dari tangan naga Smaug.

Oiya, sampai kelupaan bahwa perjalanan tak terduga ini selain ditemani Gandalf the Grey, Bilbo juga bersama 12 kurcaci ( Dwalin, Balin, Kili, Fili, Dori,Nori, Ori, Oin,Gloin, Bifur, Bofur, Bombur) yang dipimpin oleh Thorin Oakenshield.  Walau Thorin sempat meragukan kemampuan apa yang dimiliki oleh Bilbo Baggins, tetapi Gandalf meyakinkan bahwa tidak akan sia- sia membawa Bilbo bersama.  Seperti  yang sudah dikatakan Gandalf, setelah menandatangani  Bilbo harus menyadari bahwa rumahnya sudah sangat  jauh dibelakangnya sementara yang ada didepannya adalah dunia yang harus dijalani. Ternyata benar apa yang dikatakan Gandalf, banyak sekali halangan yang merintangi di depan perjalanan mereka ini. Dari kejauhan, Orc  bersama hewan tungangannya Wargs selalu mengintai setiap langkah mereka. Tetapi, sebelumnya mereka sudah berhadapan dan ditangkap oleh Trolls untuk dijadikan santapan makan malam. Selain Troll, Gandalf bertemu dengan teman sesama penyihir Radagast the Brown yang memberitahu ada sesosok makhluk jahat yang dinamakan The Necromancer.  Yap, akhirnya salah satu yang saya senangi dari dunia rekaan J.R.R Tolkien yaitu Rivendell oleh sutradara Peter Jackson kembali ditampilkan termasuk para penghuni Rivendell itu sendiri, Lord Elrond dan tentunya Lady Galadriel. Untuk kedua kalinya, saya benar- benar takjub atas visualisasi keindahan Rivendell.  Lalu, bagaimana selanjutnya perjalanan Bilbo dan kawan-kawannya ini menuju The Lonely Mountains? Apakah berhasil karena diluar sana para kawanan Orc yang dipimpin oleh Azog menyimpan dendam kesumat pada Thorin Oakenshield.  Alasan apa yang menyebabkan Azog begitu dendam pada Thorin Oakenshield yang notabene merupakan keturunan Durin, anak dari Thrain dan cucu dari Thror?.

Untuk kedua kalinya pula saya berikan acungi dua jempol buat sutradara Peter Jackson, walau dengan durasi yang cukup lama kurang lebih 2,5 jam ini plus menonton The Hobbit: An Unexpected Journey ini dengan versi HFR 3D-nya saya tidak merasakan kelelahan sama sekali karena penonton serasa dibawa seperti membaca novelnya ditambah lagi dengan yang tadi saya sebutkan betapa indah dan tajamnya visualiasi gambarnya. Memang saya akui kisah perjalanan Bilbo Baggins tidak se-seru perjalanan dari Frodo Baggins tetapi The Hobbit: An Unexpected Journey mengimbanginya dengan menyajikan banyak adegan humor dan tentunya satu adegan pamungkas yang tak kalah serunya diakhir ceritanya. Akhir kata, seperti tweet yang saya kutip dari twitter resminya @WBPicturesID: “ before one ring ruled them all,one journey started it all” disinilah penonton mengetahui  awal perkenalan Bilbo Baggins dengan one ring yang semula dipunyai Gollum dan sebagai permulaan bencana Middle Earth. Oiya, sebagai informasi bagi teman- teman yang menyukai lagu yang diawal film sempat dinyanyikan oleh kawanan Dwarves, judulnya adalah “ Song of The Lonely Mountains” dibawkan oleh Neil Finns.   


0 komentar:

Posting Komentar