Minggu, 12 April 2015

Fifty Shades of Grey

Sutradara: Sam Taylor- Johnson, 2015


Sebagian besar satu atau dua kalimat sinopsis dari suatu film baru bisa menggambarkan apa tema dari film itu sendiri - namun tidak demikian bagi film yang esensinya dapat ditulis sangat singkat seperti layaknya twitteran dalam140 karakter. Seorang gadis kuliahan pemalu bertemu dengan seorang cowok kaya raya yang mencoba memanipulasi dirinya untuk menjadi "pihak yang patuh" (submissive) tunduk kepada "pihak dominan" (dominant). Membuka "jendela" BDSM (Bondage & Discipline, Dominance & Submission, Sadism & Masochism) yang mana terjadi tanpa adanya hubungan lebih alias sesuai kontrak yang telah disepakati berdua, selesai. Namun, apa yang terjadi bila 2(dua) peserta dalam hubungan BDSM tersebut (a dom dan a sub ) ternyata menemukan kecocokan, itu lain cerita. Ketika yang satu memegang kendali sementara yang satunya mencari hubungan normal, hal-hal bisa berubah baik secara fisik dan emosional. Ya, justru inilah yang akan terjadi di Fifty Shades of Grey.

Diadaptasi langsung dari novel karangan E.L. James kemudian oleh Kelly Marcel (Saving Mr. Banks) sebagai penulis skenario film mengisahkan kembali hubungan romantisme dalam kadar diluar kenormalan, dalam batasan dan kontrol. Hal ini tidak bisa dipalingkan tentang laki-laki dan perempuan melakukan ekperimen hasrat seksualnya. Seorang mahasiswi bernama Anastasia Steele (Dakota Johnson) masih perawan dibuat kagum ketika dia bertemu seorang pria miliarder Christian Grey (Jaime Dornan) untuk mewawancarainya untuk koran sekolah. Semua ini terjadi dengan cara biasa-biasa saja - tidak ada rayuan terjadi di sini, dan Christian kurang/tidak pandai merayu seorang perempuan. Dirinya tidak membuat usaha untuk menjadi manis, karena pada kenyataannya dirinya seorang pendominasi/ pengendali.

 
Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa Fifty Shades of Grey mencapai ketenaran karena adegan seks panasnya meskipun mereka (baca:dibelakang layar) telah berusaha menurunkan serta mempersingkat durasi "panas" demi menghindari rating NC-17 yang kita tahu rating ini sangat ditakuti/ dihindari para pembuat film. Sutradara Sam Taylor-Johnson sudah melakukannya dengan  pendekatan amannya. Tidak ada gairah lebih yang muncul saat adegan Johnson dan Dornan menanggalkan pakaian. Hubungan chemistry diantara mereka walau dipaksakan supaya benar-benar terlihat natural tetapi masih juga tidak ada "panas" yang penonton rasakan/lihat. Selama adegan bathtub ketika Johnson bersandar di depan Dornan, ada rasa ketidaknyamanan - seolah-olah tak satu pun dari mereka ingin berada di sana. (Perhatikan ekspresi mereka.) Kurangnya keakraban (dinginnya) kedua aktor ini dapat dikatakan menjadi penyebab gagalnya film ini berbicara tentang obsesi, kekaguman, bahkan yang namanya cinta.

Memang, menerjemahkan novel seperti ini tidak bisa dilakukan dalam durasi dua jam. Ya, daripada mengakhiri sekali saja mengenai keburukan Christian dan janji Ana untuk bertemu, Fifty Shades of Grey memutuskan untuk tidak menyelesaikan kisah mereka. Kelihatannya menjanjikan akan ada lebih kecemasan, manipulasi, dan emosional dalam seri berikutnya. Oke, rencana dibuat sekuel tidak menjadi masalah dan bisa dicek di IMDB tahun 2017 dan 2018 dimana kedua sekuelnya pasti dirilis.  Akan menjadi pertanyaan dikedepannya jika tidak melihat reaksi penontonnya, apakah masih mau menonton lanjutannya?. Akhir kata, satu-satunya alasan menonton film ini selain melihat bagaimana "panas"-nya tersebut yakni ada satu lagu dimana liriknya pas dengan penggambaran keseluruhan filmnya dibawakan oleh Ellie Goulding berjudul " Love Me Like You Do".  


0 komentar:

Posting Komentar