Jumat, 24 April 2015

Avengers: Age Of Ultron

 Sutradara: Joss Whedon, 2015

Walau Loki sudah tidak lagi menjadi/ bagaikan lalat yang sulit dibasmi oleh tim Avengers. Nyatanya salah satu bagian yang melekat pada dirinya masih saja merepotkan. Sebagai pengingat mid-credit scene dalam film Captain America: The Winter Soldier (2014) tongkat Loki berada ditangan Baron Strucker (Thomas Kretschmann) yang mana merupakan salah satu anggota HYDRA. Mengetahui hal itu tim Avengers lagi- lagi harus mengambil tongkat tersebut dari tangan Strucker dengan melakukan serangan ke markas riset HYDRA. Sampai disini misi mereka berhasil. Dari hasil penelitian dan saling bertukar pikiran antara Tony Stark a.k.a Iron Man dengan Bruce Banner a.k.a Hulk, terciptalah sebuah ide tentang Artificial Intelligence (baca: Kecerdasan Buatan). Ultron, begitulah namanya dan dialah tamu tak diundang datang merusak acara pesta kawanan Avengers.

Ide yang tercetus di pikiran Stark semula tidak ada yang salah tentang membawa dunia dalam masa damai. "Dunia butuh Ultron sebagai penjaga perdamaian dunia, yang tidak lagi menjadi imajinasi belaka", begitulah kata yang diucapkan olehnya. Tetapi, masa damai yang ada dipikiran Ultron adalah meringkus tim Avengers. Tidak terpikirkan sebelumnya,bukan. Ya, sama halnya dengan ide yang tidak diduga oleh audiens yang coba dihadirkan oleh sutradara Joss Whedon dalam sekuelnya yang dinanti-nanti baik oleh para purist komik Marvel maupun penonton yang sudah setia akan dunia M.C.U ( Marvel Cinematic Universe) dimulai sejak tahun 2008 melalui film Iron Man. Sebuah konsep ide cerdas dimana tidak perlu menghadirkan musuh bebuyutan yang nun jauh disana, cukup unsur dari dalam saja. Sebuah hasil karya malah membuat perkara sulit bagi sang pekarya. Sudah lebih dari cukup tim Avengers kewalahan menghadapinya. Sebenarnya, kalau mau diingat ide Whedon kali ini bukan yang pertama kalinya. Tengok ke belakang, dalam Marvel's The Avengers (2012) bagaimana Loki yang merupakan adik dari Thor (pihak dari dalam) sama- sama merepotan dan bikin pusing tim Avengers. Melakukan serangan alien ke Bumi meluluhlantakan sebagian kota New York.

Jika Loki hanya melakukan serangan dengan tujuan untuk menjadi penguasa Bumi, Ultron pun juga demikian. Namun ada kelebihan kepintaran yang dimilikinya. Dengan berbasis komputer internet, Ultron mengetahui sisi kelemahan tiap anggota Avengers. Seru. Untuk menambah segi aksi dua kali lipat serta demi memuaskan keinginan audiens, Whedon menampilkan 2 (dua) karakter baru kakak beradik, The Twins. Pietro Maximoff a.k.a Quicksilver yang memiliki kekuatan kecepatan super sementara Wanda Maximoff a.k.a Scarlet Witch memiliki kekuatan sihir yang mampu mengendalikan pikiran. Tidak sampai disana, ditengah cerita muncul satu lagi karakter yang makin menambah ramainya kehadiran superhero dalam satu layar, Vision. Siapa mereka (superhero) itu sebenarnya dan apa tujuan Whedon menghadirkan di sekuel kali ini. Akan terjawab satu persatu. Termasuk didalamnya Whedon mengangkat tema -rasanya sebelumnya belum pernah diangkat ke film- tentang bagaimana masa lalu yang dialami oleh beberapa tim Avengers sebelum mereka tergabung menjadi satu tim.

Menyinggung soal ramainya kehadiran superhero, semuanya hadir disini dalam durasi 2 jam lebih. Mulai dari Nick Fury yang kita tahu dia ada ketika para Avengers mengharapkan kehadirannya. Ada James Rhodes a.k.a War Machine, kawan dekatnya Iron Man. Sam Wilson a.k.a The Falcon, sahabat sekaligus penolong Captain America dalam filmnya Captain America:The Winter Soldier. Erik Selvig, seorang dosen dari kekasih Thor,Jane Foster. Serta jangan lupakan cameo si pencipta komik Marvel, Stan Lee. Sementara itu, adu mulut antara Captain America dan Iron Man masih tetap ada. Thor dan Hulk yang masih juga mengandalkan kekuatan tangan mereka untuk berbicara. Oiya, berbicara soal Hulk, kali ini dia mendapat bagian lebih dari sebelumnya. Harus diakui, bukanlah tugas yang mudah bagi seorang sutradara menyajikan kisah Earth's Mightiest Heroes ( Pahlawan Terkuat di Bumi) hanya dalam selang waktu 3 (tiga) tahun dari sebelumya. Salah satu buktinya adalah pada kekuatan sisi aksi yang dilayarkan kepada penonton. Bukan berarti segi aksinya kurang greget , bahkan sekuen aksi lebih banyak. Namun boleh dibilang itu sudah pernah kita tonton di The Avengers (2012). Mungkin, sebagai pengobatnya (lagi-lagi) seperti ciri khas film keluaran Marvel adalah menampilkan sekelumit adegan di mid credit scene yang bikin penonton tambah semangat.           


0 komentar:

Posting Komentar