Sabtu, 13 Desember 2014

Exodus: Gods and Kings

Sutradara: Ridley Scott, 2014


Di tahun 2014 ini tercatat ada 2 (dua) film yang mengangkat kisah/cerita seorang nabi dalam Kitab Perjanjian Lama. Setelah Darren Aronofsky dari Kitab Kejadian menghadirkan Nabi Nuh (Noah), di penghujung tahun ini Ridley Scott dari Kitab Keluaran mengisahkan kembali kisah Nabi Musa dalam filmnya "Exodus: Gods and Kings" yang boleh dibilang adalah versi teranyar dari karya Cecil B. DeMille "The Ten Commandments (1956)". Tema film ini menceritakan sebuah cerita yang sangat klise pengkhianatan persaudaraan dan persaingan, salah satu dari mereka telah kita lihat/ dengar beberapa kali sebelumnya, yang membedakan hanya lokasi dan siapa karakter didalamnya.

Exodus: Gods and Kings adalah kisah ulang tentang seseorang sebelum menjadi pembela 10 (sepuluh) Hukum Taurat. Dia adalah Musa. Kisah perjalanannya dimulai ketika menjabat sebagai Pangeran dari Mesir namun karena perintah Tuhan ,dirinya menjadi Pembebas kaum Yahudi menuju Kanaan,Tanah Perjanjian, atas perbudakan saudaranya Ramses, seorang Firaun Mesir selama 400 tahun lamanya. Melewatkan banyak arak-arakan terkait dengan legendanya, film dibuka pada Musa (Bale) sebagaimana telah menjadi pria dewasa. Dia adalah sepupu sekaligus saudara pewaris Rhamses (Joel Edgerton), yang notabene adalah anak yang disukai ayah Rhamses, Firaun Seti (John Turturro). Dengan demikian jelas terjadi perubahan besar pada Musa jauh sebelum dirinya menjadi seorang budak Ibrani yang terhindar nasib mengerikan ketika ibu dan adiknya menempatkannya di keranjang di sungai. Film ini juga menceritakan bagaimana kisah malapetaka mematikan yang melanda Mesir selama periode tersebut yang kita kenal dengan 10 (sepuluh) Tulah.

Pengambilan momen akhir pengejaran yang terjadi di Laut Merah adalah salah satu adegan memorable. Meskipun The Ten Commandments memenangkan Oscar untuk kategori efek visual, terbelahnya Laut Merah dalam film DeMille terlihat kurang sempurna-ini sebenarnya bisa kita maklumi. Scott lalu menyempurnakannya dengan penggambaran lebih epik bagaimana Israel berhasil menyeberangi laut sebelum menenggelamkam pasukan Mesir. Adegan ini sungguh mendebarkan. Film ini tidak berakhir sampai disana, oleh Scott bersama penulis menambahkan beberapa bagian setelah momen diatas kedalam cerita yang mana merupakan bagian integral dari Kitab Keluaran.

Sutradara kawakan Ridley Scott tampaknya telah mengikuti perkembangan terbaru dalam hal teknik pembuatan sebuah film modern/jaman sekarang, seperti terlihat dari kedua film terbarunya Exodus:Gods and Kings dan Prometheus(2012). Namun dalam perjalanan, Scott tampaknya telah kehilangan sentuhan "magis"-nya, yang dulunya menjadikan dirinya seseorang yang paling dicari selain tentunya seorang sutradara di perfilman Hollywood. Layaknya dalam Kitab Keluaran, ia tampaknya disamping terlalu terobsesi dengan kemegahan/keindahan visual jaman itu, terlihat juga  dengan durasi 2 jam 30 menit hampir separuhnya dipakai untuk menceritakan konflik pribadi antara Musa dengan Ramses, padahal penonton tak sabar menanti kapan adegan klimaknya. 

Dengan latar belakang yang memukau dari Mesir, referensi Alkitab kuno dan kisah menarik dari persaingan, ambisi dan pengkhianatan. Sebuah skenario yang luar biasa mengintegrasikan unsur-unsur dramatis, yang digambarkan dengan kemegahan teatrikal, sementara tetap mempertahankan rasa perjalanan seorang figur yang memberi inspirasi manusia sampai detik ini dalam proses pencarian dan pembentukan iman. Aspek agama yang disampaikan dengan kesungguhan totalitas seolah-olah mem-visualisasikan bagian dari cerita anak yang waktu kecil pernah kita dengar dari Sekolah Minggu.


0 komentar:

Posting Komentar