Sutradara: Jose Padilha, 2014
Manusia dan Robot.
Manusia yang menciptakan sekaligus bertugas mengendalikan sang robot.
Robot pun diciptakan hanya untuk menggantikan beberapa pekerjaan manusia
tertentu, tidak lebih dari itu. Dalam dunia nyata sekarang ini sudah banyak
bermunculan para robot dengan keunikan atau ciri khas-annya masing- masing.
Dalam dunia perfilman juga sudah banyak kisah yang mengangkat dunia robot sebagai tema sentralnya. Yang
masih membekas dan kebetulan juga judulnya mudah diingat yaitu I,Robot (2004) dengan Will Smith sebagai aktor utamanya. Tetapi, jauh sebelum film itu tepatnya tahun
1987 ada seorang sutradara asal
Amsterdam, Paul Verhoeven mencoba kisah tentang apa jadinya jika manusia didalam
robot. Sebuah satire fantasi dunia yang kelam dimasa mendatang. Agar manusia di era 2000-an dapat melihat
kembali kisah tersebut maka dibuatlah reboot-nya
oleh orang yang pernah menggarap dwilogi Elite Squad, Jose Padilha.
Diawali dengan penggambaran bahwa selama ini perang selalu
menimbulkan korban jiwa baik warga sipil khususnya tentara itu sendiri. Tetapi
dengan kemajuan teknologi kehadiran para tentara digantikan oleh para robot. Memang angka kematian para prajurit di medan
perang berkurang semisalnya akibat adanya
aksi bom bunuh diri. Namun disatu sisi kehadiran robot menjadi perdebatan.
Salah satunya robot tidak memiliki rasa seperti yang manusia miliki. Ditempat
lain yang berjauhan, sebuah bom mobil meledak tepat didepan rumahnya membuat salah
seorang seorang polisi Detroit ini mengalami kerusakan hampir diseluruh anggota
badannya. Kemudian sudah bisa ditebak istilah nama “Robocop” diperkenalkan.
Oleh Padilha Robocop yang ia jalankan berbeda dengan yang
telah dimiliki oleh Verhoeven. Selain mengganti nama perusahaan yang
memproduksi robot bagi Amerika untuk perang , OCP diganti menjadi OmniCorp,
Padilha lebih menekankan isu politik perang dengan mesin sekarang ini. Menaruh
dua orang tokoh berpengaruh yang berbeda pendapat, Raymond Sellar- seorang
pengusaha yang mendukung kehadiran robot- dan Hubert Dreyfuss -yang melarang
penggunaan robot ditanah Amerika- seraya
memberikan pertanyaan besar kepada penonton apakah kehadiran robot
selalu berdampak positif?. Apakah bisa meski “manusia didalam robot” merupakan
solusi yang tepat?. Mengetahui keadaan
tubuhnya sebenarnya, kemudian timbul keinginan bertemu dengan istri dan
putranya kembali, tuntutan tugasnya sebagai seorang polisi masa depan. Inilah
letak perbedaan kedua yang sudah dilakukan oleh Padilha di filmnya yang mana
lebih menekankan sisi emosionalnya pada tokoh utamanya,Alex Murphy.
Hampir di paruh waktu pertama film ini berkutat di seputar
penggenalan pada terciptanya sang robot cyborg. Pelatihan dan simulasi tes yang
dilakukan disalah satu bangunan besar adalah salah satu penggambilan adegan
yang paling asyik, layaknya video games. Yang menggelitik adalah Robocop
bukanlah Iron Man tapi dia seorang Six Million Dollar Man. Ya, dia tidak sekaya
Tony Stark tetapi “kostum” yang ia kenakan membuat dirinya sekaya Tony Stark. Bagi
yang menantikan aksi duel sang Robot mungkin akan kecewa karena di film ini
tidak ada penjahat utamanya yang harus diringkus. Sebagai gantinya konflik
batin Robocop yang harus dihadapi. Dapat
dimaklumi karena ini adalah sebuah reboot
maka unsur penggenalan tokoh utama lebih ditonjolkan. Dan, Padilha sudah berhasil
mengarahkannya.
0 komentar:
Posting Komentar