Sutradara: Leigh Whannell, 2015
Hingga
saat ini, franchise Insidious membahas permasalahan teror yang terjadi hingga dua generasi dari keluarga Lambert dan upaya untuk
mengusir “warisan” iblis tersebut. Dengan diperankan oleh Patrick Wilson, Rose Byrne dan Lin Shaye, dua film sebelumnya berhasil membuat penonton ketakutan seperti tercermin dalam perolehan box office signifikan pada tahun 2011 dan 2013.
Alih-alih meninjau kembali sejarah dari
keluarga Lambert, Bab 3 melanjutkan kontinuitas ceritanya dari salah satu karakter pendukungnya yaitu Elise Rainier (Shaye), seorang cenayang yang membantu
keluarga Lambert dalam dua film pertama. Jauh sebelum Elise dikenal sebagai pengusir/pemburu setan, dia hidup menyendiri jauh dari keramaian setelah
kematian suami tercinta. Hingga
suatu ketika seorang remaja putri, Quinn Brenner (Stefanie Scott) datang mengetuk
pintu rumahnya. Dalam
keadaan penasaran apa yang terjadi pada ibunya, Lily, Quinn mencari bantuan
mencoba berkomunikasi di akhirat sana. Sebenarnya
Elise enggan untuk membantu, tapi kemudian dengan cepat berbalik saja
ketika usahanya untuk menjangkau
Lily terungkap satu roh yang jauh lebih jahat membayangi Quinn.
Tidak
ada yang sangat salah dengan cerita tentang hantu itu sendiri. Masuk akal, ada logika ketika sesuatu terjadi, dan
Whannell masih melakukan yang terbaik untuk menjaga pace film ini semisalnya ada beberapa serangan hantu tiba-tiba
dalam jarak dekat diselingi oleh karakter tokoh didalamnya mencoba untuk mencari tahu bagaimana untuk menanganinya. Karakter utama Quinn sendiri bukan karakter yang menarik dan jika di akhir cerita tersingkap
siapa atau apa yang menghantui pribadinya adalah hal yang tidak terlalu mengejutkan, dengan catatan jika Anda tahu genre ini . Hal-hal yang paling menarik di bab 3 ini adalah yang
dilakukan oleh Elise di “luar sana”, The Further.
(Mungkin) inilah beberapa kekurangan terbesar dengan Bab 3. Selama
dua film pertama, kita telah belajar cukup banyak tentang “The Further”, dan tampaknya tentang itu saja rasanya ada hal lebih yang bisa
lebih banyak digali dari franchise film
ini. Kenyataanya
dalam sekuel kali ini mereka
berbicara tentang “The Further” sedikit, ya tidak mendapatkan porsi
waktu lebih banyak. Ide yang paling menarik dalam Insidious
adalah tentang hubungan ayah dan anak,
yang dimainkan oleh Patrick Wilson dan Ty Simkins, yang keduanya memiliki
kemampuan untuk meninggalkan tubuh mereka di malam hari dan menjelajahi “The
further”. Jadi seharusnya atau lebih baik ada
lebih banyak orang yang bisa melakukan itu dengan kata lain mengapa tidak
menggunakannya untuk mengeksplorasi sudut-sudut lebih dari dunia lain
itu?. Malah yang penonton
saksikan adalah ide pengulangan cerita hantu (lagi) seperti film- film hantu kebanyakan?.
Akhir kata, diluar beberapa kekurangan baik
dari segi ide cerita yang dibawakan maupun tingkat keseraman yang boleh
dibilang masih kalah creepy-nya dengan
2 seri sebelumnya, Insidious 3 tetap
merupakan salah satu franschise film horror yang mampu memacu jantung penontonnya layaknya naik roller coaster. Ada banyak jenis horor, tapi ketika Whannell dan Wan, berusaha maksimal memanfaatkan ide menyuntikkan rasa takut, cerita dan humor ke dalam
fitur mereka, itu mungkin tidak menjadi sesuatu hal yang monoton,
menonton berulang-ulang. Adalah suatu keasyikan tersendiri ketika duduk di bangku sebuah teater yang gelap dengan penonton yang ramai, kita mungkin akan memiliki waktu yang menyenangkan.
0 komentar:
Posting Komentar