Apa yang terjadi jika sebuah film horor tetapi didalamnya bercampur dengan komedi, terdengar asing namun tampaknya merupakan sesuatu yang baru- walau tetap aneh,bukan. Sebenarnya kalau mau dilihat jauh kebelakang hal ini sudah terjadi beberapa tahun lalu. Contohnya film Shaun of the Dead tahun 2004 membuat penonton kala itu terkesima. Para pembuat film Hollywood tampaknya kurang mengeksplor bagaimana untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara dua genre tanpa ada satu yang kuat tapi satunya lemah. Sering kali, horor mudah ditebak, komedinya membosankan/ tidak lucu, atau malah keduanya. Namun, penulis / sutradara Gerard Johnstone asal Selandia Baru mengambil peluang yang sangat jarang ini sembari menjawab "Apakah pada akhirnya usahanya ini sukses dan menuai pujian."
Adalah Kylie (Morgana O'Reilly) bersama seorang teman prianya mencoba untuk membobol mesin ATM dengan palu dan bahan peledak. Percobaan pertama kalinya ini tidak berhasil karena tertangkap saat hendak meninggalkan lokasi. Dia dijatuhi hukuman oleh hakim tinggal di rumah masa kecilnya sampai delapan bulan dengan ibunya, Miriam (Rima Te Wiata), yang bagi Kylie ini bisa dibilang lebih buruk daripada penjara. Dengan ditambahi pemasangan monitor pada pergelangan kaki memastikan bahwa Kylie tidak bisa melarikan diri lebih dari beberapa meter dari rumahnya. Tapi itu juga berarti bahwa ketika dia mendengar suara-suara aneh di malam hari dan atau melihat sekelebat penampakan menakutkan di dalam basement-walau ibunya yang tinggal lama mengakui rumah itu berhantu-dia tidak bisa lari ketakutan. Satu-satunya hiburannya yakni Amos (Glen-Paul Waru), petugas keamanan yang memonitor perangkatnya yang notabene juga seorang paranormal penyelidik amatir dan sangat tertarik untuk menyelidiki apa sebenarnya yang terjadi dirumah ini sebelum ditinggali Miriam.
Dengan durasi kurang lebih satu jam setengah, Housebound memanfaatkan banyak plot yang begitu familiar. Mulai kenangan buruk yang telah terjadi di masa lalu, oleh Johnstone teknik ini dimanfaatkan sebagai cara untuk menakut-nakuti penonton dan disaat bersamaan membuat penontonnya tertawa. Sayangnya, tidak semuanya berhasil. Sejumlah besar leluconnya datar, membuat film ini terkesan lamban. Namun, dengan cepat kembali, dan bergerak maju. Sedangkan paruh kedua waktu berjalan masih ada sedikit unsur komedi, namun lebih menitikberatkan pada genre horor. Ada beberapa sensasi yang benar-benar cukup mengejutkan, menciptakan sejumlah ketegangan dengan menjaga rahasia fenomena makluk halus. Sampai disini penonton belum cukup yakin apa yang penonton percaya, sekali lagi oleh Johnstone semua kepingan-kepingan pertanyaan disatukan di akhir cerita. Tidak familiar.
Housebound memiliki semua ciri dari sebuah film horor tradisional: hal-hal aneh selalu terjadi di malam hari, boneka menakutkan, suara-suara dari kejauhan, rumah menyeramkan dengan masa lalu samar sudah sanggup membuat penonton ketakutan. Diakui dalam debut filmnya ini (yang juga merangkap menjadi penulis naskah), terbilang sukses menangani semua poin horor dengan baik, dan memiliki banyak bersenang-senang dalam menciptakan satu atau dua ketegangan hampir tak terduga. Housebound bekerja dengan berada pada jalur berbeda. Humor Johnstone sendiri tampaknya datang dari rasa akut absurd, dan mempertahankan nada dari kedua horor dan ya, absurditas adalah salah satu prestasi utamanya. Housebound adalah debut yang sangat percaya diri dan menjanjikan.
0 komentar:
Posting Komentar