Sutradara: Neill Blomkamp, 2015
Deon Wilson (Dev Patel) adalah seorang insinyur muda yang bekerja di Perusahaan Tetra Vaal, sebuah perusahaan robotika yang telah mengembangkan armada polisi robot yang hampir tidak bisa dihancurkan. Berkat mereka lah, tingkat kejahatan di Johannesburg turun drastis dan otomatis keuntungan perusahaan meningkat, sesuatu yang menyenangkan terutama bagi Presiden Tetra Vaal Michelle Bradley (Sigourney Weaver). Di lain pihak Deon memiliki musuh dalam selimut, Vincent Moore (Hugh Jackman), seorang insinyur yang sedang menciptakan sendiri sebuah fighting robot yang dinamakan “The Moose”. Deon sendiri sebenarnya masih belum cukup puas dengan robot hasil ciptaannya “Scout”, dia ingin lebih dari sekedar robot penegak hukum. Dia ingin menciptkan sebuah robot yang dapat berpikir, merasa dan memiliki kesadaran. Ide ini ia sampaikan ke Michelle tetapi ditolak dengan alasan membuang-buang waktu. Setelah menyempurnakan programnya, Deon melarikan diri Scout 22 ,salah satu tubuh seorang droid cacat yang sebenarnya akan dibuang ke dalam tumpukan sampah. Dan layaknya Dr. Frankenstein ia berhasil menciptakan seorang robot berhati manusia dalam tubuh mesin, Chappie.
Tema cerita yang ingin diutarakan
sekaligus menjadi kekuatan dari Chappie
adalah tentang realita kehidupan
di dunia nyata sekarang ini, yang dengan cara halus menyinggung sedikit masalah kelas ekonomi dan inilah kesempatan yang dieksplor oleh sang sutradara,Blomkamp. Diwujudkan dalam karakter Deon, Ninja (Ninja), Amerika
(Jose Pablo Cantillo) atau Yolandi (Yo-Landi
Visser) benar-benar mengerti berapa
banyak kepribadian yang
oleh Chappie pelajari tentang baik buruknya dunia, dan itulah seperti orang tua yang melihat nilai-nilai mereka tercermin dalam kepribadian anaknya. Seperti dalam “District 9” dan “Elysium”, Blomkamp menggunakan efek
simultan dalam menghadirkan gambaran seorang robot yang dapat berjalan serta bergerak secara alami alias tidak
kaku seperti film robot lainnya selama ini. Dan, kepribadian Chappie yang begitu luwesnya ini,
sukses dibawakan oleh Copley memberikan kinerja yang luar biasa dalam hal meniru fisik para lawan bicaranya apalagi pola vokal. Meskipun ada beberapa dialog si Chappie
tidak dapat terdengar jelas, namun tetap saja yang menarik penonton di film ini adalah kehadiran sosok Chappie, penuh humanis yang layak bebas berpikir dan bertindak.
Ada beberapa kisah hebat- mulai dari masa kanak-kanak,
tentang orang tua, tentang datang ke dunia dalam keadaan masih “polos”- terkubur di dalam Chappie, tapi ada
kekurangannya. Boleh
dibilang ini adalah sebuah film drama komedi tentang seorang robot yang terikat
oleh satu janji dengan “sang penciptanya” dan malah ingin hidup abadi. Aneh. Jelas
berbeda dengan beberapa
film kebanyakan
yang dituturkan dalam durasi dua jam. Segala
ide tentang film ketiga Blomkamp kelihatan begitu lambat walau ada humor disana-sini namun kemungkinan kalian memohon untuk segala sesuatu
diturunkan sedikit. Sebagai studi karakter, ini bisa menjadi bagian yang
kuat dari cerita, tapi akhirnya terasa
lebih seperti filmnya Michael Bay dan masih berada jauh kualitas ceritanya
dengan District 9. Jadi, jika kalian ingin
menonton film penuh aksi laga robot lebih baik urungkan saja, tetapi jika ingin menonton
robot dengan tampilan gaya berbeda. Cool. Tidak salah untuk coba ditonton diakhir pekan ini.
0 komentar:
Posting Komentar