Minggu, 07 Juni 2015

Insidious: Chapter 3

Sutradara: Leigh Whannell, 2015 

Hingga saat ini, franchise Insidious  membahas permasalahan teror yang terjadi hingga dua generasi dari keluarga Lambert dan upaya untuk mengusir warisan iblis tersebut. Dengan diperankan oleh Patrick Wilson, Rose Byrne dan Lin Shaye, dua film sebelumnya berhasil membuat penonton ketakutan seperti tercermin dalam perolehan box office signifikan pada tahun 2011 dan 2013.

Alih-alih meninjau kembali sejarah  dari keluarga Lambert, Bab 3 melanjutkan kontinuitas ceritanya dari salah satu karakter pendukungnya yaitu Elise Rainier (Shaye), seorang cenayang yang membantu keluarga Lambert dalam dua film pertama. Jauh sebelum Elise dikenal sebagai pengusir/pemburu setan, dia hidup menyendiri jauh dari keramaian setelah kematian suami tercinta. Hingga suatu ketika seorang  remaja putri, Quinn Brenner (Stefanie Scott) datang mengetuk pintu rumahnya. Dalam keadaan penasaran apa yang terjadi pada ibunya, Lily, Quinn mencari bantuan mencoba berkomunikasi  di akhirat sana. Sebenarnya Elise enggan untuk membantu, tapi kemudian dengan cepat berbalik saja ketika usahanya untuk menjangkau Lily terungkap satu roh yang jauh lebih jahat membayangi Quinn.

Tidak ada yang sangat salah dengan cerita tentang hantu itu sendiri. Masuk akal, ada logika ketika sesuatu terjadi, dan Whannell masih melakukan yang terbaik untuk menjaga pace film ini semisalnya ada beberapa serangan hantu tiba-tiba dalam jarak dekat diselingi oleh karakter tokoh didalamnya mencoba untuk mencari tahu bagaimana untuk menanganinya. Karakter utama  Quinn sendiri bukan karakter yang  menarik dan jika di akhir cerita tersingkap siapa atau apa yang menghantui pribadinya adalah hal yang tidak terlalu mengejutkan, dengan catatan jika Anda tahu genre ini . Hal-hal yang paling menarik di bab 3 ini adalah yang dilakukan oleh Elise di “luar sana”, The Further.

(Mungkin) inilah beberapa kekurangan terbesar dengan Bab 3. Selama dua film pertama, kita telah belajar cukup banyak tentang The Further”, dan tampaknya tentang itu saja rasanya ada hal lebih yang bisa lebih banyak digali dari franchise film ini. Kenyataanya dalam sekuel kali ini mereka berbicara tentang “The Further” sedikit, ya  tidak mendapatkan porsi waktu lebih banyak. Ide yang paling menarik dalam Insidious adalah tentang hubungan ayah dan anak, yang dimainkan oleh Patrick Wilson dan Ty Simkins, yang keduanya memiliki kemampuan untuk meninggalkan tubuh mereka di malam hari dan menjelajahi “The further”.  Jadi seharusnya atau lebih baik ada lebih banyak orang yang bisa melakukan itu dengan kata lain mengapa tidak menggunakannya untuk mengeksplorasi sudut-sudut lebih dari dunia lain itu?. Malah yang penonton saksikan adalah ide pengulangan cerita hantu (lagi) seperti film- film hantu kebanyakan?.

Akhir kata, diluar beberapa kekurangan baik dari segi ide cerita yang dibawakan maupun tingkat keseraman yang boleh dibilang masih kalah creepy-nya dengan 2 seri sebelumnya, Insidious 3 tetap merupakan salah satu franschise film horror yang mampu memacu jantung penontonnya layaknya naik roller coaster. Ada banyak jenis horor, tapi ketika Whannell dan Wan, berusaha maksimal memanfaatkan ide menyuntikkan rasa takut, cerita dan humor ke dalam fitur mereka, itu mungkin tidak menjadi sesuatu hal yang monoton, menonton berulang-ulang. Adalah suatu keasyikan tersendiri ketika duduk di bangku sebuah teater yang gelap dengan penonton yang ramai, kita mungkin akan memiliki waktu yang menyenangkan.