Sabtu, 25 Januari 2014

12 Years A Slave

Sutradara: Steve McQueen, 2013



Bersetting kawasan Lousiana tahun 1841 dimana hukum perbudakan masih terjadi, karya Steve McQueen yang ketiga ini  -setelah Hunger (2008) dan Shame (2011)-  masih tetap mendapatkan apresiasi besar di ajang penghargaan perfilman dunia,Golden Globes dan Academy Awards 2014. Kita tahu bahwa saat ajang Golden Globe kemarin film ini hanya berhasil mengantongi satu piala Golden Globe untuk kategori Film Drama Terbaik, lalu bagaimana dengan ajang Piala Oscar tanggal 2 Maret mendatang?.

Karakter Solomon Northup membuka pintu bagi kita memasuki 'gelap'nya menjadi seorang budak, setelah diperalat oleh 2 (dua) orang yang mengajak dirinya bekerjasama menjadi seorang musisi. Semenjak menjadi seorang budak namanya pun dipanggil Platt, dari sini sedikit demi sedikit penonton mulai merasakan apa itu rasa getir lewat karakter Platt, ya sebelum menjadi budak dirinya seorang pria kulit hitam bebas yang memiliki keluarga,istri dan kedua anak yang sangat ia cintai. Sebagai pelunas hutang, Ford seorang pemilik budak harus menyerahkan Platt ke tangan seorang pemilik perkebunan yang sangat kejam, Edward Epps.

Dengan durasi 2 jam lebih penonton- tanpa harus membaca novel 12 Years A Slave karya Solomon Northup terbitan tahun 1853-  berhasil diterjemahkan oleh McQueen melihat kembali biografi Solomon Northup yang berjuang bertahan hidup selama hampir 12 tahun lamanya serta berjuang menghapus sistem perbudakan saat itu. Perjuangan hidup yang harus dialami oleh karakter utama di film ini, ternyata masih ada yang lebih menyedihkan dan lebih menyakitkan yaitu yang dialami oleh Patsey, seorang budak wanita 'kesayangan' Edward Epps. Adegan puncak menjelang akhir cerita benar- benar menguras emosi penonton, kedua mata ingin rasanya ditutup.

Film Drama Terbaik yang berhasil dikantongi di ajang Golden Globe lalu itu sudah bukti kuat bahwa memang film ini layak mendapat penghargaan. Baik dari segi kualitas cerita dan kekuatan akting prima para pemeran itu sendiri. Berbicara soal para pemeran dan setelah saya menonton film ini, akting Lupita Nyong'o yang berperan sebagai Patsey rasanya mampu menyabet Piala Oscar untuk kategori "Best Actress in A Supporting Role" ,mesti dirinya harus bersaing dengan keempat calon kandidat lainnya termasuk ada nama Julia Roberts dan Jennifer Lawrence. Untuk Steve McQueen sendiri sebagai sutradaranya, jika dirinya tidak berhasil meraih "Best Director", film ini dalam jangka waktu lama akan tetap menjadi perbincangan.  

Selasa, 21 Januari 2014

Carrie

Sutradara: Kimberly Peirce, 2013



Tahun lalu 2 (dua) film horror klasik dibuat versi reboot. Pertama film Evil Dead (1981) arahan Sam Raimi di-reboot oleh sutradara asal Uruguay, Fede Alvarez. Dan, yang kedua adalah film Carrie (1976) yang kini diarahkan oleh sutradara Boys Don't Cry (1999), Kimberly Peirce. Diadaptasi dari novel Stephen King tahun 1974, ini film rasanya sulit untuk dilupakan. Jadilah tugas berat bagi Peirce membuat versinya ini sama bahkan lebih bagus dari versi pendahulunya. Jika tidak maka sia-sialah tugasnya bahkan lebih parah akan menerima kritikan.

Adegan pembuka yang menunjukkan proses kelahiran seorang putri dari seorang ibu yang sebenarnya tidak mengharapkan kehadiran buah hatinya. Sudah cukup menjelaskan bagaimana keadaan psikologis anak ini dikemudian hari. Masalah mulai timbul ketika dirinya mengalami masa pubertas. Si ibu bukannya menjelaskan hal itu malah mengunci putrinya di ruang bawah tangga. Berdoa untuk mengaku dosa. Teman wanitanya sendiri menertawakan hingga merekam kejadian itu.

Kisahnya mengindikasikan adanya unsur balas dendam yang bakal terjadi tapi dengan perlahan Peirce menahan adegan tersebut hingga tiba saatnya. Yang Peirce lakukan adalah mengenalkan siapa karakter yang akan dibenci dan mana yang baik berada disisinya. Dan, ditengah- tengah kita diberitahu bahwa ada kekuatan spesial yang melekat pada diri Carrie. Pesta dansa a.k.a Prom Night akan menjadi malam 'dansa' yang tidak mungkin akan terlupakan.

Sebagai Carrie White si gadis bullying, penampilan Chloe Grace Moretz (Kick Ass), terbilang sukses membawakan karakternya, dengan mood yang cepat berubah dari sosok pemalu ke sosok mengerikan. Sementara itu Julianne Moore tidak usah diragukan kemampuan aktingnya sebagai ibu dari Carrie yang perilakunya tak kalah anehnya. Setia pada film pendahulunya, dalam Carrie (2013) kita melihat bagaimana Peirce mengarahkan filmnya menyesuaikan dengan kecanggihan teknologi. Jujur saya belum menonton versi pendahulunya, tetapi sajian adegan finalnya tidak mengecewakan sama sekali walau sedikit mengingatkan ada persamaan kemampuan yang dimiliki Jean Grey, salah satu anggota X-Men.
      

Sabtu, 18 Januari 2014

Jack Ryan: Shadow Recruit

 Sutradara: Kenneth Branagh, 2014


Entah secara kebetulan atau tidak, ada 3 (tiga) karakter fiksi -dimana mereka bertiga berangkat dari novel yang kemudian difilmkan- yang memiliki kesamaan nama depan, J. J pertama milik Ian Fleming : James Bond, kemudian J yang kedua milik Robert Ludlum: Jason Bourne dan yang terakhir ini mungkin nama karakter ini kurang familiar di telinga kita milik Tom Clancy: Jack Ryan. Kenyataannya karakter fiksi ini terhitung sudah 4 (empat) kali sudah dilayarlebarkan mulai dari The Hunt for Red October (1990), Patriot Games (1992), Clear and Present Danger (1994), The Sum of All Fears (2002). Dan, entah alasan apa di awal tahun ini Jack Ryan memulai kisahnya lagi tentu dengan para artis baru di tangan sutradara yang baru pula.

Film dibuka dengan adegan liputan salah satu stasiun lokal yang menayangkan serangan World Trade Center tanggal 11 September 2001. Dilanjutkan dengan voice over dari seorang pemuda yang bersumpah berbakti kepada Presiden dan negaranya. Dia adalah John Patrick "Jack" Ryan dalam tugasnya sebagai seorang marinir. Kejadiaan naas yang dialaminya saat di helikopter mempertemukan dirinya dengan seorang agen C.I.A, Thomas Harper dan seorang dokter wanita -yang nantinya menjadi sepasang kekasih-, Cathy Muller. Begitu Jack Ryan mengalami penembakan  di salah satu hotel di kota Moskow, Rusia, tensi mulai menaik. Dimulailah babak baru bagi dirinya dari seorang analisis menjadi seorang agen aktif C.I.A.

Tanpa harus menonton film- film karakter Jack Ryan diatas dan atau membaca novel terlebih dahulu, film arahan Kenneth Branagh (Thor,2011) dengan naskah cerita yang ditulis oleh Adam Cozad bersama David Koepp (Spider-Man,2002) ini terbilang lumayan bagus dalam hal menceritakan dari awal mula siapa itu Jack Ryan. Adegan klimaks yang terjadi di dalam bangunan super ketat dan canggih milik sang musuh sampai kejar-kejaran mobil boleh dikata mampu menaikkan adrenalin tapi sayang itu bukan adegan aksi yang super keren. Untuk akting Chris Pine sebagai Jack Ryan kenapa ya dirinya belum bisa keluar dari imej-nya sebagai Kapten Kirk di film dwilogi Star Trek. Bahkan karakter yang ia perankan di sini dengan di Star Trek hampir menyerupai. Karena kepercayaan seorang atasan, ia akhirnya menjadi pemuda yang tidak biasa lagi.

Yang harus kita sadari film Jack Ryan: Shadow Recruit ini bukanlah film James Bond dan juga bukan film Jason Bourne. Maksudnya disini adalah karakter ini bukan tipe pria tangguh yang memiliki kemampuan bela diri, hanya sedikit itupun waktu dia di marinir, diatas rata-rata melainkan hanya seorang analisis keuangan bahkan jauh sebelum itu ia mengejar gelar doktor. Silakan lihat reflek telapak tangannya, itu sebagai buktinya. Jadi jangan mengharapkan akan banyak adegan aksi baku hantam, tembak-tembakan dan masih banyak hal aksi heboh lainnya. Takutnya kecewa. Apalagi tahu bagaimana ending cerita ini ditutup. Tapi, juga sampai terlalu pesimis karena ini adalah -lagi-lagi- adalah awal cerita perekrutan tersembunyi seorang Jack Ryan, ya siapa tahu nanti akan ada sekuelnya....      

Selasa, 14 Januari 2014

You're Next

Director : Adam Wingard, 2011


Karena ke-empat anaknya sudah menikah dan hidup dengan keluarganya masing-masing. Kedua orang tua ini memilih dan tinggal di sebuah rumah yang jauh dari keramaian kota. Untuk merayakan tempat tinggal yang baru ini sekalian memperingati hari jadi pernikahan mereka, diadakanlah reuni keluarga.

Mencontoh genre horror- thriller yang sudah- sudah, siapa sosok si pembunuh penonton tetap dibuat penasaran oleh topeng namun yang ini tanpa perlu suara jeritan para wanita yang berlebihan. You're Next masuk ke dalam golongan guilty pleasure. Maksudnya tonton dengan santai sampai akhir toh seperti judulnya kamu tahu bahwa pasti ada korban- korban selanjutnya yang akan mati. Terlalu familiar? Masih ada sedikit perbedaan. Sedikit lebih baik.

Mengapa dikatakan sedikit lebih baik?. Oke, saya melanjutkan dengan berhati-hati. You're Next dibangun dari tema drama keluarga yang bahagia. Setelah sekian lama orang tua dan anak tidak bertemu apalagi antar saudara, acara reuni pasti menyenangkan, bukan. Sampailah pada yang dinantikan, malan malam bersama. Melalui bincang- bincang ringan suasana langsung berubah ke tema horror. Keselamatan jiwa keluarga besar ini terancam dimulai dengan serangan panah dari luar rumah.

Bagi yang sudah menonton film arahan Adam Wingard, V/H/S (2012) yang berlanjut dengan sekuelnyaV/H/S 2 (2013) - sebuah film campuran antara found fontage dan omnibus- mungkin sudah bisa mengira-ngira film ini akan seperti apa. Dan, yang pasti surprise akan kamu dapatkan disini Harus diakui, setelah unsur surprise ditengah- tengah tadi sudah diketahui, bagian akhirnya terasa seperti sebuah adegan wajib dari sebuah film bergenre horror-thriller. Tapi, tunggu dulu ada satu surprise lagi, bak adegan hidangan penutup, sudah merasa kenyang tapi mau tidak mau harus kamu santap.